DENPASAR, BALIPOST.com – Perkembangan kasus COVID-19 di Bali sudah cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, penularan tidak hanya melalui imported case, tapi juga transmisi lokal sudah semakin masif. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengambil langkah lebih agresif dalam mencegah penyebaran virus ini.
Ketua Pusat Penelitian Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana (Unud) yang juga Ketua Prodi IKM Unud Dr. dr. Ady Wirawan, Ph.D., Jumat (8/5), mengatakan, langkah tegas pemerintah dalam membatasi ruang gerak penduduk merupakan cara paling efektif memutus rantai penyebaran COVID-19. Dalam hal ini dia menyebut, Bali sejatinya sudah perlu melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Kalaupun pemerintah belum berencana menerapkan PSBB, maka opsi Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM) bisa diambil. Seperti PKM yang direncanakan Pemkot Denpasar. Dia mengaku mendukung langkah Pemkot Denpasar tersebut. Diharapkan PKM bisa dilaksanakan dengan baik agar mampu menekan angka penyebaran COVID-19.
Lebih lanjut dia menyoroti masalah PSBB. Disebutkan, PSBB tidak harus menunggu kasus banyak. Jika dengan imbauan masyarakat sudah bisa disiplin, maka sudah dianggap cukup. Tapi jika dengan imbauan masyarakat masih bandel dan tidak mengindahkan imbauan pemerintah, tidak ada pilihan lain kecuali PSBB.
Perkembangan transmisi lokal merupakan indikator kecepatan penyebaran virus ini. Transmisi lokal awalnya sedikit, tapi lama kelamaan terus meningkat. Sebulan sejak kasus pertama di Bali dilaporkan, ia melakukan analisis. Didapatkan angka reproduksi efektif 1,4 persen. Artinya, 1 orang yang terinfeksi, bisa menularkan ke 1,4 orang. Angka ini jauh lebih rendah dari estimasi global.
Setelah dua bulan berjalan, ia kembali lagi menghitung. Didapatkan hasilnya1,28 persen, turun dibandingkan penghitungan awal. Artinya, berbagai upaya yang dilakukan masyarakat saat ini dengan lebih banyak berdiam diri di rumah efektif menurunkan kasus transmisi lokal. Yang bisa dilakukan saat ini yaitu test, trace, dan isolate. Lakukan tes sebanyak-banyaknya terutama di tempat yang berisiko tinggi. Begitu ada kasus positif, langsung ditelusuri orang-orang yang pernah kontak dengannya, lalu isolasi.
Upaya ini harus cepat dilakukan karena penanganan kasus berpacu dengan waktu. Sebab, begitu ada space waktu, orang tersebut mungkin sudah kontak dengan orang lain. Jika sudah begitu, akan semakin sulit untuk menelusuri orang yang pernah kontak dengan pasien COVID-19. (Citta Maya/balipost)