Seorang bartender yang menjual minuman dan makanan pesan antar menunggu pembeli di restorannya di Paris, Prancis pada Sabtu (9/5). (BP/AFP)

PARIS, BALIPOST.com – Wabah COVID-19 di sejumlah negara terlihat sudah mulai menurun tingkat penyebarannya. Eropa yang merupakan benua terparah terkena dampak COVID-19 ini, baik dari jumlah kasus maupun kematian, juga mulai menata kembali kehidupan perekonomiannya yang lumpuh akibat virus ini.

Dua negara di Eropa, Prancis dan Spanyol, dikutip dari AFP, pada Sabtu (9/5) waktu setempat bersiap untuk melonggarkan penguncian wilayah (lockdown) yang akan diberlakukan mulai Senin (11/5). Keduanya, merupakan negara yang mengalami jumlah kematian tinggi setelah Italia karena COVID-19 ini.

Lockdown dan disrupsi ekonomi, telah membuat jumlah pengganguran di dunia mencapai jutaan orang. Namun, di tengah masih adanya kematian harian dilaporkan akibat virus corona, sejumlah negara di Eropa perlahan-lahan mulai melangkah menuju sebuah versi normalitas yang baru.

Baca juga:  Banyak WNA Bermasalah di Bali, Begini Kata Kemenparekraf Soal Kaji VoA

Prancis melaporkan pada Sabtu, jumlah kematian harian mencapai 80 orang, terendah sejak awal April. Jumlah kematian di Panti Jompo juga menurun drastis saat Prancis bersiap untuk melonggarkan aturan pergerakan publik yang diberlakukan 8 minggu lalu.

Pelonggaran aturan ini diterima dengan beragam reaksi.

“Saya sangat takut setengah mati. Merupakan tanggung jawab besar untuk melindungi staf dan pelanggan saya,” kata seorang manajer toko buku dari Lyon, Maya Flandin.

Pejabat kesehatan Prancis memperingatkan bahwa epidemi ini masih aktif dan berkembang. Darurat nasional di negara itu pun diperpanjang hingga 10 Juli.

Di Spanyol, sekitar setengah populasi akan diberikan izin untuk mulai bersosialisasi secara terbatas pada Senin depan. Restoran diizinkan melayani konsumen di ruang terbuka, seiring mulai dilakukannnya masa transisi di negara itu yang diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Juni.

Baca juga:  Bandara YIA Belum Hapus Syarat Rapid Test

Ketakutan akan adanya peningkatan jumlah infeksi masih saja ada, jika pelonggaran dilakukan secara tiba-tiba. Hal ini membuat pemerintah Spanyol mengecualikan Madrid dan Barcelona, dua wilayah terparah terdampak COVID-19, dari fase pertama transisi ini.

“Virus ini belum pergi,” kata Perdana Menteri Pedro Sachez.

Belgia mulai melonggarkan aturan juga pada Senin. Sementara itu, di sebagian negara Jerman, sejumlah bar dan restoran diizinkan buka kembali pada Sabtu dan pelonggaran lainnya akan mulai berlaku Senin depan.

Namun, salah satu distrik di Jerman, North Rhine-Westphalia masih tetap dikunci, setelah adanya peningkatan jumlah kasus di tempat penjagalan.

Baca juga:  India Masih Berjuang Hadapi Pandemi, Rekor Lonjakan Kasus Kembali Dicatatkan

Secara keseluruhan, situasi di Eropa masih jauh dari normal.

Inggris pada Minggu (10/5) berencana mengumumkan bahwa seluruh pendatang dari luar negeri akan melakukan karantina 2 minggu. Sementara itu, Uni Eropa memperingatkan pembukaan perbatasan untuk pendatang dari luar blok itu.

Di seluruh Eropa, peringatan 75 tahun menyerahnya Nazi ditunda atau dirayakan secara sederhana.

Di Rusia, jumlah kasus COVID-19 yang meningkat membuat Moscow pada Sabtu menyederhanakan peringatan kemenangan Perang Dunia II. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Presiden Vladimir Putin memberikan pidato yang berlokasi di luar dinding Kremlin, tanpa menyebut tentang COVID-19.

Rusia saat ini merupakan negara kelima terparah terdampak COVID-19 dengan jumlah kasus mencapai 200 ribu orang terkonfirmasi positif dan terus mengalami peningkatan. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *