SINGARAJA, BALIPOST.com – Petani di Kabupaten Buleleng ditengah pandemi COVID-19 bulan ini menghasilkan gabah kering giling (GKG-red) sebanyak 10.534 ton. Hasil pertanian ini akan menjadi kebijakan strategis pemerintah dalam penyedian stok cadangan pangan daerah terutama geras. Kepala Dinas Pertanian (Distan) Buleleng Made Sumiarta mengemukakan hal itudi sela-sela rapat membahas skema penguatan ekonomi saat pandemi COVID-19 di ruang kerja Sekda Buleleng Selasa (12/5).
Made Sumiarta menyebut, gabah sebanyak itu dihasilkan petani di beberapa subak di Bali Utara. Di mana sawah yang memasuki masa panen di bulan ini luasnya 35 hektar. Setelah melalui pengolahan, dari produksi GKG sebanyak itu, ada tambahan stok beras di bulan ini antara 6.555 ton sampai 7.000 ton. “Dari data di lapangan, di bulan ini akan ada panen di beberapa subak. Tambahan produksi ini akan menajdi cadangan stok beras di daerah kita di tengah pendemi COVID-19,” katanya.
Sesuai kebijakan dan instruksi gugus tugas percepatan penanganan COVID-19, maka pihaknya melaksanakan skema stimulus bagi usaha Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) di Buleleng. Skema ini diambil, untuk menyerap gabah petani, kemudian berasnya dibeli oleh Perusahaan Daerah (PD) Swatantra, jelasnya.
Saat ini, tercatat sebanyak 17 LPM menyebar di 8 kecamatan. Usaha tersebut kapasitas untuk menggiling gabah menjadi beras tergolong kecil. Selain itu, jam produksinya pun paling lama 5 jam per hari. Sementara, rata-rata kapasitas penggilingan 500 kilogram per jam. Dari produksi beras tersebut, nantinya akan dibeli oleh PD Swatantra untuk diedarkan ke desa-desa atau di Kota Singaraja melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), koperasi, dan para Aparatur Spili Negara (ASN) di Buleleng.
“Bentuknya nanti, stimulus kepada LPM, sehingga gabah petani kita terserap. Namun kapasitas produksi LPM kita kecil karena persoalan tempat yang kurang memadai,” jelasnya.
Direktur Utama (Dirut) PD Swatantra I Gede Bobi Suryanto, mengatakan, pembelian beras hasil penggilingan dari LPM sepenuhnya menggunakan modal perusahaan. Diperkirakan, perusahaan memerlukan modal sebesar Rp 1 miliar. Dengan dana tersebut, sesuai kondisi perusahaan saat ini, PD Swatantra bisa menyerap 20 sampai 30 ton beras.
Menindaklanjuti perencanaan itu, pihaknya mengajukan proposal kepada Bupati Buleleng sebagai pemilik dari perusahaan. “Kita menunggu persetujuan Pak Bupati sebelum menjalankan skema yang ada. Sehingga, gabah bisa kita serap dan petani akan mendapatkan keuntungan usaha di tengah pandemi ini,” jelasnya. (Mudiarta/Balipost)