SINGARAJA, BALIPOST.com – Desa Adat Bondalem, Kecamatan Tejakula dahulu dikenal memiliki potensi budidaya tanaman jeruk. Dengan potensi itu, sebagian besar krama desa menggeluti budidaya jeruk yang terkenal memiliki rasa buah lokal terbaik.
Tak ayal, pada masa itu dari hasil budidaya jeruk itu, membuat krama desa banyak menjadi orang sukses di lura Buleleng. Akan tetapi, masa “keemasan” budidaya jeruk itu terpuruk karena serangan Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD).
Setelah penyakit yang menghancurkan budidaya jeruk, krama desa terpaksa beralih profesi. Dengan pengalaman dan keahlian bertani, krama desa ini mulai merantau ke luar Bondalem. Setelah budidaya jeruk punah, beberapa tahun terakhir muncul pengembangan wisata bahari.
Potensi ini pun dengan serius digarap melalui program pembangunan di desa dinas. Bahkan, sekarang program di Desa Adat Bondalem juga terlibat di dalamnya untuk memaksimalkan pengelolaan potensi wisata bahari tersebut.
Kelian Desa Adat Bondalem Jro Nyoman Pendra, Rabu (13/5), mengatakan, desanya sendiri merupakan desa adat yang memiliki luas wilayah cukup luas yaitu 13.73 kilometer. Wewidangan desa adat ini di sisi barat berbatasan dengan Desa Adat Julah.
Di sebelah timurnya berbatasan dengan Desa Adat Tejakula, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Adat Madenan dan Desa Adat Gentuh. Sedangkan, di sisi utaranya adalah laut dari barat ke timur.
Kawasan pantai dari Julah sampai di Tejakula ini terdapat taman terumbu karang. Sejak beberapa tahun sebelumnya, terumbu karang ini mengalami kerusakan karena marak pengambilan karang untuk dijadikan kapur.
Namun tersadar dengan kerusakan ekosistem bawah laut itu, sekitar mulai 7 tahun yang lalu, krama desa mulai sadar dan kompak melakukan pemeliharaan terumbu karang. Upaya ini kemudian diikuti dengan membentuk kelompok masyarakat pengawas (Pokmaswas) untuk melakukan pemeliharaan dengan penanaman bibit terumbu karang dan menambah rumah ikan (hexsadom).
Pengembangan ini juga mulai dilirik oleh pemilik modal untuk berinvestasi dengan mengelola pariwisata bahari di Buleleng timur tersebut. “Kalau dulu budi daya pertanian menjadi potensi adalaan di desa kami. Tapi karena CVPD itu membuat jeruk kami punah, sekarang potensi adalan itu sudah tergantikan dengan wisata bahari. Taman karang ini sekarang dikembangkan dan kami sangat mendukung hal ini,” katanya.
Di sisi lain Jro Nyoman Pendra mengatakan, salah satu bentuk dukungan pengembangan wisata bahari itu dengan mengabungkan program antara pemerintahan desa dinas dengan desa adat. Tentusaja ini juga diimbangi dengan alokasi anggaran yang mencukupi, sehingga dengan semangat gotong royong, pengembangan potensi wisata bahari itu berjalan dengan optimal.
Selain itu, parrtisipasi dari krama desa terutama yang yang sukses di perantauan memberikan perhatian serius dalam pengembangan wisata bahari Desa Bondalem. Dia mencontohkan, beberapa krama desa yang memiliki relasi dengan pihak lain telah sukses membantu baik dari pendanaan untuk menanam terumbu karang, membuat rumah ikan, dan penguatan sumberdaya manusia (SDM) pengelolanya. Dengan dukungan ini, pihkanya semakin yakin, nantinya Bondalem akan menjadi spot diving yang bisa mendatangkan wisatawan mancanegara untuk datag ke Bondalem.
Selain itu, ke depan pihkanya juga memiliki obsesi untuk mengembangkan wisata bahari dengan menyaksikan atraksi Dolphin di habitat aslinya. Ini karena pesisir Bondalem sendiri menjadi habitat asli populasi Dolphin. Sadar dengan potensi itu dan komitmen untuk menjaga kelestarian habitat biota laut yang sejalan dengan Visi Misi Gubernur Bali Nangun Sat Kerthi Loka Bali (NSKLB), maka desa adat akan bekerja keras bersama desa dinas dan komponen masyarakat untuk mengelola pottensi bahari agar memberikan kesejahtraan untuk krama dan tetap lestari.
“Dolphin di laut Bondalem ini adalah habitat aslinya. Kami berpikir kalau ini atraksi Dolphin di habitat alsinya itu akan menarik wisatawan seperti di Lovina dan sekitarnya. Ke depan akan kami garap bersama pemerintah desa dan kelompok masyarakat lain, sehingga bukan hanya untuk mengexplor, tetapi program kami adalah pelestarian sejalan dengan program pemerintah NSKLB,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)