DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 belum juga menunjukkan penurunan kasus di Indonesia. Namun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sudah mulai melakukan persiapan pemulihan pariwisata.
Bahkan menurut Sekretaris Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani dalam acara Rakor Persiapan Pemulihan Pariwisata di Bali, di Praja Sabha, Kantor Gubernur Bali, Kamis (14/5), sudah ada program yang dibagi menjadi dua periode. Yaitu bulan Juni-Oktober, disebut sebagai gaining confidence yang mencakup persiapan dan revitalisasi destinasi, perencanaan program promosi serta bantuan terhadap para pelaku pariwisata.
“Mulai bulan Oktober 2020 disebut sebagai appealing yaitu pembukaan destinasi pariwisata secara bertahap dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat, promosi, penyelenggaraan event dan MICE Roadshow dan Media Campaign,” imbuhnya.
Dengan demikian, lanjut Giri Adnyani, pariwisata Indonesia diharapkan sudah bisa normal kembali pada 2021.
Sementara itu, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati berharap pariwisata di Bali tidak dibuka secara serentak. Namun, bisa dimulai dari Nusa Dua terlebih dahulu.
Walaupun banyak wisatawan yang sudah sangat rindu dengan Bali. “Kita bisa buka ITDC di Nusa Dua terlebih dahulu. Mengingat disana secara fisik sudah terisolasi dan jauh dari pemukiman dan dengan fasilitas yang sudah lengkap,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Cok Ace ini menambahkan, spot wisata di Bali lainnya bisa dibuka secara bertahap jika tren COVID-19 di seluruh dunia sudah 0 persen. Seperti spot Tanah Lot di Tabanan atau Monkey Forest di Ubud.
Dengan catatan, pembukaan spot tersebut tidak diikuti dengan pembukaan area di sekitarnya untuk memaksimalkan social distancing terlebih dahulu. Kemudian, mematuhi protokol kesehatan dan keamanan yang sesuai dengan instansi terkait.
Pihaknya meyakini, Bali akan siap menerima wisatawan lagi setelah pandemi berakhir.
“Karena Bali sudah membuktikan selalu bangkit pasca musibah, seperti bom Bali dan meletusnya Gunung Agung,” jelasnya. (Rindra Devita/balipost)