DENPASAR, BALIPOST.com – Beredar berita di media sosial (medsos) bahwa Indonesia akan dilanda Badai Panas Ekuinox. Namun, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berita tersebut tidak benar alis hoax.
Menurut Plt. Deputi Bidang Meteorologi – BMKG, Herizal, fenomena Ekuinox bukanlah fenomena badai panas atau gelombang panas (heat wave) yang kerap terjadi di daerah lintang menengah dan tinggi seperti di India, Jepang, Korea, Amerika dan Eropa. Fenomena gelombang panas adalah fenomena suhu udara lebih panas dari 5 derajat celcius dari ambang batas suhu normal suatu wilayah yang disebabkan oleh munculnya anomali sistem cuaca tekanan tinggi yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu.
Sedangkan, Fenomena Ekuinox merupakan salah satu fenomena astronomi. Posisi semu matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa.
Fenomena ekuinox dapat terjadi dua kali dalam satu tahun, yaitu sekitar tanggal 21 Maret dan 23 September setiap tahunnya. Secara umum suhu rata-rata di wilayah Indonesia pada saat periode ekuinox berkisar antara 32-36°C .
Kendati demikian, pada bulan Mei ini dikatakan posisi semu matahari sudah berada di Belahan Bumi Utara (BBU). Sehingga fenomena ekuinox tidak terjadi lagi hingga periode pertengahan September mendatang.
Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada Mei 2020 di wilayah Indonesia masih cukup normal dengan kisaran antara 31 – 36°C. “Isu tersebut (fenomena badai panas ekuinox-red) adalah hoax dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu kami menghimbau masyarakat untuk tidak perlu mengkhawatirkan dampak dari fenomena ekuinox sebagaimana disebutkan dalam isu Hoax tersebut,” tegas Herizal dalam siaran persnya, Minggu (17/5).
Selain itu, masyarakat dihimbau dan diharapkan tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas pada siang hari. Terlebih bagi yang sedang menjalankan puasa dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga serta lingkungan. (Winatha/balipost)