BANGLI, BALIPOST.com – Peternak ayam petelur di Bangli tak bisa menikmati untung jelang Idul Fitri tahun ini. Pasalnya harga jual telur mengalami penurunan.
Per kilogramnya harga telur di tingkat peternak hanya berkisar Rp 14 ribu. Seperti yang diungkapkan Kadek Budiartawan, peternak ayam petelur di Desa Tiga, Susut. Ia mengatakan turunnya harga telur mulai dirasakan sejak beberapa minggu terakhir.
Sebelumnya telur ayam laku dijual peternak dengan harga di atas Rp 20 ribu. Namun kini hanya laku di kisaran Rp 14 ribu per kilogram.
Turunnya harga telur menurutnya terjadi karena imbas wabah COVID-19. Meski Lebaran akan datang dalam waktu dekat, namun hal itu tidak berpengaruh terhadap harga telur. Diyakini di hari raya yang akan datang ini tak banyak masyarakat yang membuat hajatan sehingga tingkat konsumsi telur menjadi rendah. “Kalau tahun sebelumya, jelang hari raya seperti sekarang biasanya sudah naik harganya bahkan mencapai harga tertinggi sampai Rp 23-24 ribu per kilogram,” ungkapnya Minggu (17/5).
Selama ini, telur ayam hasil peternakannya banyak dikirim ke luar Bali, seperti NTB hingga NTT. Di tengah jatuhnya harga telur ayam saat ini, dirinya sebagai peternak tak bisa berbuat banyak.
Langkah untuk mengurangi populasi ayam yang sudah kurang produktif, cukup sulit dilakukan. Sebab serapan pasar sangat minim. “Ayam pedaging saja harganya sekarang sedang jatuh. Jadi kalau kita mau keluarkan ayam yang sudah tua untuk dijual susah,” ungkapnya.
Yang bisa dilakukannya saat ini adalah bertahan. Meskipun secara hitung-hitungan, peternak mengalami kerugian dengan harga jual Rp 14 ribu per kilogram. “Yang bisa dilakukan sekarang mungkin dengan efisiensi di pakan. Jadi pakannya diatur campurannya. Terpaksa mengakalinya begitu biar bisa bertahan,” pungkasnya. (Dayu Swasrina/balipost)