DENPASAR, BALIPOST.com – BPS Provinsi Bali telah mengumumkan pertumbuhan ekonomi Bali triwulan (atau kuartal) I tahun 2020 minus 1,14%. Hal ini utamanya disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang membatasi pergerakan masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Pariwisata sebagai penyumbang terbesar PDRB Bali menjadi sektor yang paling terdampak. “Minus 1,14% menunjukkan ketergantungan struktur ekonomi Bali pada sektor pariwisata memang terbukti sangat riskan dan rentan terhadap isu-isu penyakit, perang maupun bencana alam,” ujar Wakil Ketua DPRD Bali, I Nyoman Sugawa Korry dikonfirmasi, Senin (18/5).
Menurut Sugawa Korry, Bali harus merumuskan strategi kebijakan pembangunan ekonomi menuju keseimbangan yang baru. Yaitu struktur ekonomi yang lebih berimbang antara sektor primer, sekunder dan tersier. Ketidakseimbangan struktur perekonomian sebetulnya pernah terjadi pada tahun 1971.
Namun bedanya, saat itu sektor primer atau pertanian yang mendominasi struktur ekonomi. Sedangkan saat ini, struktur ekonomi didominasi oleh pariwisata atau sektor tersier. Keseimbangan baru kini dibutuhkan lagi karena ketergantungan pada sektor tersier saja terbilang sangat rentan dan akhirnya terbukti dengan adanya pandemi COVID-19.
“Sektor pertanian harus konsisten dikembangkan dengan dukungan sistem budidaya yang lebih maju dan dukungan industri pengolahan,” imbuh Politisi Golkar ini.
Sugawa Korry menambahkan, pemerintah harus berani berinvestasi membangun lembaga research and development yang modern untuk meningkatkan sistem budidaya agar lebih maju. Bila perlu belajar ke negara lain yang sudah berhasil.
Di sisi lain, untuk jangka pendek, secara bertahap juga harus berani membuka kegiatan ekonomi masyarakat. “Tentunya dengan tetap memperhatikan protokol COVID-19,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)