DENPASAR, BALIPOST.com – Sejak awal Maret, diumumkannya pasien pertama Covid-19 telah membawa perubahan pada pola konsumsi dan gaya hidup masyarakat Indonesia. Masyarakat lebih dominan berbelanja kebutuhan sehari – hari seperti bahan pangan segar, makanan instan, produk home care. Selain itu gaya hidup masyarakat juga berubah seperti memasak sendiri di rumah, lebih sering menonton TV dan melakukan aktivitas yang kreatif.
Director Consumer Panel Services Nielsen Indonesia Mia Triscahyani, Selasa (19/5) saat zoom meeting yang diselenggarakan Bank Indonesia KPw Bali mengatakan, pada minggu pertama Maret (week 10), orang – orang mulai mengikuti perkembangan berita Covid-19 itu lebih sering dan itu dilakukan beberapa kali dalam sehari. Presentasenya 61 persen orang melakukan pengecekan berita atau informasi. Informasi didapatkan dari sosmed dan TV. “Kedua platform yang paling banyak diakses,” ujarnya.
Pemirsa TV pun dikatakan semakin meningkat, apalagi semenjak DKI mengumumkan WFH dan belajar dari rumah. Sehingga anak – anak dan pelajar lebih banyak menonton TV.
Minggu I dan II maret peningkatan aktivitas tersebut masih stabil. Namun pada minggi III terjadi kenaikan signifikan. Efeknya terjadi kenaikan permintaan makanan pokok, produk segar, sayuran, daging, telur.
Pola kenaikan ini memang tidak sama dengan trend tahun sebelumnya, dimana orang sebelumnya berbelanja di week 9 (akhir Februari), dan week 10 (awal Maret) biasanya terjadi penurunan sales. “Tahun ini engga, sepertinya ada reaktif buying atau panic buying pada minggu tersebut pada saat pengumuman pertama pasien pertama covid 19 di Indonesia,” ujarnya.
Pada week 10 masyarakat lebih banyak membelanjakan uangnya di hypermarket dan supermarket. Kondisi ini terjadi pada golongan kelas atas dan menengah. Tapi toko tradisional masih menjadi chanel yang utama untuk semua kalangan.
Kategori yang banyak dibeli pada minggu tersebut khususnya di Jakarta yaitu mulai dari produk makanan, produk yang dipakai untuk memasak, makanan instan, snack, minuman, personal care, home care dan obat – obatan. “Terlihat kenaikan di Jakarta lebih tinggi dari nasional baik pada kelas atas maupun menengah,” imbuhnya.
Setelah akhir Maret dimana jumlah positif Covid-19 meningkat signifikan, dibandingkan dengan gelombang pertama di awal maret, hasil wave kedua menunjukkan kenaikan kekhawatiran yang cukup signifikan di kalangan masyarakat Indonesia. Hampir menyamai level kekhawatiran Asia Tenggara.
Level of concern masyarakat ini mempengaruhi aktivitasi sehari – hari masyarakat Indonesia. Seperti bahan makanan semakin sedikit orang yang akan berbelanja ke toko tradisional maupun ritel modern, begitu juga dengan makan di luar. Bahkan juga mempengaruhi food delivery, karena masyarakat mulai berpikir untuk food delivery cukup mahal sehingga lebih banyak masyarakat melakukan transaksi online dan memasak sendiri di rumah.
Kondisi ini berimpact positif pada online sale dan jasa kurir terutama pada produk – produk FMCG (food moving consumer goods) atau kebutuhan sehari – hari yang berkaitan dengan perlengkapan masak di rumah. Kebutuhan produk untuk kebersihan rumah, sncak atau camilan juga meningkat.
Dengan berubahnya pola aktivitas konsumen, otomatis hal ini mempengaruhi proporsi pengeluaran rumah tangga. Dari berbagai kompnen pengeluaran rumah tangga, pengeluaran untuk produk FMCG dan telekomunikasi meningkat.
Sebaliknya ada pos pengeluaran yang mengalami penurunan cukup banyak yaitu transportasi, biaya benzin, tol, transportasi umum, dan biaya edukasi (perlengkapan sekolah, les, ekstrakurikuler), pengeluaran leisure (makan di luar, rekreasi, belanja keperluan fashion) menurun. (Citta Maya/Balipost)