GIANYAR, BALIPOST.com – Sudah sepekan lebih, pasien dalam perawatan COVID-19 di Kabupaten Gianyar bertahan pada jumlah komulatif 29 orang. Sementara pasien yang sembuh terus bertambah, bahkan kini sudah ada 26 pasien dipastikan sembuh.
Terakhir sembuh ialah seorang ibu rumah tangga 55 tahun asal Desa Petulu, Kecamatan Ubud. Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Gianyar, I Gusti Bagus Adi Wicaksana Widhya Utama dikonfirmasi Kamis (21/5) membenarkan adanya penambahan pasien sembuh.
Sehingga saat ini masih ada 3 pasien positif COVID-19 yang sedang dalam perawatan. “Masih ada tiga yang menjalani perawatan, semoga mereka juga bisa segera sembuh dan tidak ada penambahan pasien positif lagi,” ujarnya seijin Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Gianyar, I Made Gede Wisnu Wijaya.
Dijabarkan, pasien terakhir yang sembuh, merupakan seorang IRT asal Desa Petulu. IRT 55 tahun tersebut merupakan transmisi lokal.
IRT tersebut diketahui positif pada 11 Mei, dan mulai dirawat pada 12 Mei, Ia lantas dinyatakan sembuh pada 20 Mei 2020. “Jadi ibu ini sembuh setelah 8 hari menjalani perawatan,” katanya.
Dijabarkan pasien tersebut dipastikan sembuh setelah dua kali menjalani tes Swab. Yakni pertama pada 18 Mei dan tes kedua pada 19 Mei, dua kali tes tersebut hasilnya negatif Covid -19. “Karena hasil pemeriksaan swab dengan metode PCR hasil negatif dua kali berturut-turut maka pasien dikatakan sembuh. Dengan lama perawatan 8 hari.
Pasien pulang pada 21 Mei 2020,” imbuhnya.
Apakah pasien yang sudah dua kali tes Swab bisa kembali positif COVID-19? Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Gianyar dr I Nyoman Wawan Tirtha Yasa menjelaskan bahwa secara teori bisa saja pasien yang sudah sembuh, kembali positif. “Karena belum ada penelitian kekebalan tubuh terhadap virus ini bertahan berapa lama,” katanya.
Dijabarkan faktor yang bisa mempengaruhi bisa berupa imunitas atau kekebalan tubuh pasien yang turun. Termasuk juga pasien yang sembuh bisa tertular kembali. “Sering berkerumun, tidak pake masker, tidak cuci tangan dan lainya bisa menyebabkan risiko tertular kembali, ” katanya. (Manik Astajaya/balipost)