BANGLI, BALIPOST.com – Memasuki musim panen, harga kopi di tingkat petani di Kintamani berkisar Rp 4-5 ribu per kilogram. Harga tersebut tergolong murah jika dibandingkan awal musim panen tahun sebelumnya.
Gusti Mangku Rupa, petani kopi di Desa Catur, Kintamani mengungkapkan pada awal musim panen tahun lalu, harga jual kopi di tingkat petani berkisar Rp 7 ribu per kilogramnya. Harga tersebut mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 9500 per kilogramnya saat puncak musim panen yang biasanya berlangsung sekitar bulan Juni-Juli. “Sekarang di awal hanya Rp 4-5 ribu. Mudah-mudahan harganya bisa naik,” ungkapnya, Kamis (21/5).
Ia mengaku cukup khawatir harga kopi di puncak musim panen tahun ini tak sebagus tahun sebelumnya. Mengingat situasi sekarang sedang terjadi wabah Covid-19 di Indonesia dan beberapa negara lainnya di dunia.
Kata Rupa, wabah Covid-19 berpengaruh terhadap penjualan kopi. Kopi yang diproduksinya tak bisa dikirim ke luar Bali maupun diekspor ke luar negeri. Biasanya pesanan kopi mulai datang kepadanya sejak bulan Maret. Namun sekarang belum ada pesanan. “Tahun kemarin orderannya bisa sampai 40 ton,” terangnya.
Sebagai petani ia pun hanya bisa berharap situasi bisa kembali normal sehingga harga kopi bisa kembali naik. “Astungkara bisa naik. Tergantung keadaan,” terangnya.
Petani kopi lainnya di Desa Selulung, Ketut Jamin juga mengungkapkan hal yang sama. Dia menyebutkan saat ini harga kopi di tingkat petani cukup murah jika dibandingkan tahun lalu. Hanya Rp 4-5 ribu per kilogram. “Kalau tahun lalu bisa Rp 7 ribu,” ujarnya. Menurutnya murahnya harga saat ini akibat imbas wabah Covid-19.
Ia tak bisa memprediksi berapa harga kopi saat puncak musim panen yang akan datang di bulan Juni-Juli mendatang. Dia berharap situasi cepat normal, sehingga petani bisa menikmati hasil panennya. (Dayu Rina/Balipost)