Suyatna Yasa. (BP/win)

DENPASAR, BALIPOST.com – Para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Bali juga merasakan dampak pandemi COVID-19. Namun, ada strategi yang harus dilakukan para pelaku UMKM agar bisnis usahanya tetap bertahan dan produktif di masa pandemi COVID-19.

Menurut akadmeisi Universitas Warmadewa (Unwar), Dr. Putu Ngurah Suyatna Yasa, S.E., M.Si., Jumat (29/5), strategi yang paling relevan adalah “Survival Method”. Dikatakan, kunci kelangsungan hidup UMKM tergantung kemampuannya menjaga “cashflow” dalam jangka panjang.

Baca juga:  TPA Sente Krisis Solusi Atasi Kemelut Sampah

Pasalnya, tidak ada yang tahu kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. Caranya, para pelaku UMKM harus mengupayakan efisiensi pengeluaran, menunda ekspansi bisnis, mengatur gaji karyawan, mengatur jam kerja (shift), menjaga komunikasi dengan stakeholder, berinovasi, jemput bola, dan memaksimalkan marketing online.

“Jika sebelumnya ada rencana ekspansi bisnis, tolong tunda dulu. Di era pandemi ini para pelaku usaha harus benar-benar hati-hati. Utamakan kebutuhan primer, jaga cashflow agar tidak kolaps,” tandasnya.

Merujuk hasil riset tentang keputusan konsumen, dijelaskan bahwa sebanyak 20 persen ditentukan oleh logika. Sementara 80 persen berdasarkan emosi konsumen.

Baca juga:  Jika Harga BBM Subsidi Naik, Ekonomi Bali akan Makin Parah

Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh pelaku UKM dengan mengedepankan aspek emosional konsumen. Artinya pelaku UKM mesti mengurangi nasfu meraup untung besar.

Namun, pihaknya menyarankan agar para pelaku UMKM mendonasikan sebagian keuntungan untuk mengurangi beban sesama manusia akibat COVID-19. “Sekarang bukan momentum tepat meraup untung banyak. Malah ujian bagi pengusaha agar lebih empati dan peduli terhadap sesama,” ujarnya.

Kaprodi Magister Managemen Pascasarjana Unwar ini mengajak seluruh pelaku usaha agara mampu bersaing secara sehat. Mengingat akhir-akhir ini banyak muncul pengusaha ‘dadakan’ yang rata-rata berasal dari karyawan yang dirumahkan oleh perusahaanya. “Yang penting itu ‘new marketing’ strategi. Contohnya ada tukang cukur yang mendatangi konsumen ke rumahnya. Usahanya tetap jalan, karena menjaga komunikasi dengan baik ke pelanggan. Dengan terbatasnya aktivitas manusia, strategi baru yang inovatif sangat mutlak diperlukan,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

Baca juga:  Kasus Perdagangan Ginjal, Polda Metro ke Bali Kejar Tersangka Lain
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *