BANGLI, BALIPOST.com – Sudah dua bulan lebih lamanya Desa Wisata Penglipuran ditutup untuk kunjungan wisatawan. Penutupan dilakukan dalam upaya mencegah penyebaran virus corona di lingkungan desa wisata tersebut.
Selama masa penutupan, pihak pengelola desa wisata Penglipuran rupanya tidak diam. Pembenahan dan penambahan fasilitas terus dilakukan termasuk menyiapkan protokol era baru.
Ketua Pengelola Obyek Wisata Pengelipuran Nengah Moneng, Selasa (2/6) mengatakan Penglipuran sudah ditutup sejak 18 Maret lalu. Hingga saat ini pihaknya belum bisa memastikan kapan Penglipuran akan dibuka kembali untuk wisatawan.
Pihaknya mengaku masih menunggu arahan dari pemerintah dan keputusan desa adat.
Selama ditutup, pihaknya tetap melakukan penataan terhadap pertamanan, menjaga kebersihan, perbaikan serta penambahan sejumlah fasilitas penunjang pariwisata. “Seperti perbaikan toilet, pembuatan tempat cuci tangan yang permanen, ruangan untuk P3K dan lainnya,” ujarnya.
Tak hanya itu pihaknya juga sudah mempersiapkan protokol new normal tourism baik itu dari segi SDM maupun fasilitas sarana prasarana. Kata Moneng, yang menjadi prioritas adalah kesehatan, kebersihan dan keselamatan, disamping sapta pesona terutama kesiapan masyarakat.
Adapun protokol new normal tourism yang disiapkan yakni setiap pengunjung dan pelaku wisata di Desa Wisata Penglipuran nantinya wajib menggunakan masker, menunjukan surat keterangan bebas covid-19 bagi pengunjung, pengecekan suhu tubuh, cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir/hand sanitizer, dan menjaga jarak selama berkunjung.
Alat transportasi beserta barang bawaan pengunjung akan dilakukan sterilisasi disinfektan. Desa wisata Penglipuran juga menyediakan fasilitas sanitasi yang memenuhi standar kesehatan, fasilitas P3K, dan melakukan sterilisasi disinfektan secara periodik di seluruh kawasan wisata.
Desa wisata yang mendapat julukan desa terbersih di dunia itu juga akan melakukan pengaturan dan pengawasan pelaksanaan kunjungan wisatawan. “Kami berharap dan berdoa covid-19 cepat berakhir,” harapnya. (Dayu Swasrina/balipost)