DENPASAR, BALIPOST.com – Bali secara berturut -turut mengalami deflasi. Selain bulan April 2020, di bulan Mei 2020 pun, Bali mengalami deflasi. Dua kota sampel tersebut yaitu Denpasar mengalami deflasi 0,10 persen (mtm) dan Singaraja deflasi 0,22 persen (mtm). Inflasi dan deflasi yang terjadi pada kedua bulan tersebut dipengaruhi oleh wabah Covid-19.
“Bali mengalami deflasi dalam dua bulan berturut -turut padahal Mei ada perayaan hari besar keagamaan yaitu Idul Fitri, ” kata Kepala BPS Bali Adi Nugroho, Selasa (2/6).
Secara yoy, Denpasar mengalami inflasi yaitu 2,05 persen dan Singaraja inflasi 1,95 persen. Ia mengatakan, deflasi yang terjadi pada Mei disumbangkan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau. Di Denpasar, penyumbang deflasi dari kelompok ini yaitu turunnya harga cabai 29 persen, pindang tongkol 19,6 persen. Kelompok lain yang menyumbang deflasi yaitu kelompok perlengkapan rumah tangga karena turunnya harga penggorengan sebesar 9,44 persen dan canang sari 5,62 persen.
Di Singaraja penyumbang deflasi yaitu cabai rawit dan cabai merah dari kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sedangkan dari kelompok perlengkapan rumah tangga disumbangkan oleh turunnya harga canang sari dan sabun cuci piring.
Selain kelompok makanan, minuman dan tembakau serta kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga, kelompok pakaian dan alas kaki serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mengalami deflasi.
Sedangkan kelompok perumahan, air listrik, dan bahan bakar, kelompok kesehatan, kelompok transportasi, kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya, kelompok pendidikan dan kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran mengalami inflasi. (Citta Maya/Balipost)