GIANYAR, BALIPOST.com – Diketahui usai mengikuti upacara syukuran panen pada salah satu Pura di Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, empat orang warga desa setempat meninggal secara beruntun. Namun belum bisa dipastikan apakah warga tersebut keracunan, atau ada penyebab lain.
Pekaseh Subak Teges Ulu, Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Sukawati, Dewa Nyoman Yuda, Rabu (3/6) mengungkapkan sehari sebelum meninggalnya warga pada 27 Mei, keempatnya mengikuti upacara syukuran panen atau disebut mesaba pada 26 Mei.
Dalam upacara syukuran itu diisi dengan kegiatan nguling babi. Diungkapkan kegiatan nguling dalam rangka mesaba tersebut yang terlibat adalah krama Subak Teges Uli, Desa Batuan Kaler.
Dengan menghadirkan sebanyak 21 krama untuk membuat sarana upacara yang diperlukan. Ada yang mebat membuat lawar ada juga yang nguling di areal jaba Pura Hyang Soka. “Kami hanya libatkan 21 orang krama subak saja pada (26/5) itu. Kegiatannya sejak pagi, hingga pukul 14.00 ngaturang wali, dan pukul 16.00 krama budal (pulang, red),” paparnya.
Dijelaskan selesai menghaturkan wali, krama mendapatkan bagian lawar maupun daging babi guling yang telah dihaturkan. Ditegaskan waktu itu semuanya krama yang ngayah mendapat bagian hidangan tersebut. “Semua dapat bagian dibungkus dan dibawa pulang, dan tidak terjadi apa-apa. Tetapi besok harinya, baru ada kejadian beberapa krama dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami sakit pada perutnya,” katanya.
Dari sejumlah krama itu, awalnya terdapat salah satu warga yang meninggal dunia pada (27/5) sore. Sementara untuk hasil lab di rumah sakit disebabkan oleh demam berdarah, dan tidak ada yang disebutkan karena keracunan makanan. “Semua krama yang dapat nunas itu pasti semua anggota keluarganya sempat makan. Makanya ini belum pasti penyebabnya apa, kalau dibilang keracunan pasti semuanya kena. Sedangkan ini malah ada yang kena dan ada yang tidak,” ujarnya.
Tidak berhenti di situ keesokan harinya pada 28 Mei terdapat tiga krama setempat yang meninggal dunia bersamaan. Bahkan diantaranya ada kakak beradik.
Sehingga dalam kurun waktu dua hari orang meninggal dunia di sana sebanyak empat orang secara beruntun. Namun untuk penyebabnya dikatakan belum bisa dipastikan, apakah itu akibat keracunan makanan atau salah pengolahan saat menyajikan makanan waktu mesaba tersebut.
Ia sendiri beserta keluarga juga sempat mengonsumsi makanan tersebut, tapi tidak ada keluhan sakit yang sampai kritis. Namun diakui ia sempat mengalami sakit perut. “Hanya saja sempat saya ke dokter, waktu itu sempat perut merasa sakit tapi saat diperiksa tidak kenapa-kenapa. Bahkan teman saya juga sempat makan lawar dan daging babi itu, kebetulan dia ke rumah sampai sekarang juga tidak ada keluhan. Sementara warga di sini sampai kemarin Selasa (2/6) masih ada yang terus periksa keluhan sakitnya ke dokter,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)