DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah situasi sulit akibat pandemi Covid-19, masyarakat justru terbantu dengan adanya produk Gadai Emas dari Pegadaian. Dengan situasi Covid-19 yang menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan, emas menjadi pilihan masyarakat untuk digadaikan.
“Produk Gadai kami masih lancar, karena masyarakat kita banyak yang pegang emas di Bali, NTT, NTB. Dengan kondisi sekarang, mereka bingung, karena punya emas jadi mereka letakkan di Pegadaian karena kalau dijual, sayang,” kata Kepala Departemen Bisnis Pegadaian Kanwil VII Denpasar mewilayahi Bali, Nusa Tenggara Al Manfaluthy, Selasa (9/6) saat wawancara Bisnis Bali News.
Dikatakan, banyak sekali yang merasa terbantu dengan Gadai emas karena mudah dan cepat. Jika di lembaga lain mengerem beberapa aktivitas bisnisnya, Pegadaian justru terbuka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Berdasarkan laporan data Pegadaian Kanwil VII, perkembangan Pegadaian Kanwil VII cukup baik. Outstanding Loan (OSL) Pegadaian pada Maret 2020 mencapai Rp 5,425 triliun tumbuh 10,15 persen secara ytd dan secara yoy tumbuh 25,33 persen. Pada April 2020 tumbuh 11,89 persen menjadi Rp 5,510 triliun secara year to date (ytd). Secara year on year (yoy) juga tumbuh 28,13 persen.
Pada Mei 2020 terjadi sedikit penurunan karena pengaruh dampak Covid-19 sangat terasa. OSL Mei mencapai Rp 5,491 triliun turun 11,50 persen (ytd) dan secara yoy turun 25,49 persen.
Penurunan dan peningkatan OSL tidak terlepas dari kinerja masing – masing produk Pegadaian. Pegadaian terdiri dari produk emas dan non emas (mikro). Produk emas dikatakan tidak terlalu berpengaruh terhadap situasi Covid-19, namun justru produk non emas (mikro) yang terdampak karena dalam produk mikro ada kredit kreasi yang menggunakan jaminan BPKB.
Sementara saat ini banyak usaha – usaha yang terdampak. Selain itu, kredit – kredit seperti kredit kendaraan bermotor juga terdampak karena pekerja yang memanfaatkan produk ini banyak yang pengdapatannya berkurang dan perekonomian terganggu.
Dengan baiknya kinerja produk emas, membuat kinerja Pegadaain Kanwil VII tetap naik meski tidak terlalu signifikan. “Karena Gadainya kuat. Yang memang agak banyak itu di daerah Dompu karena disana daerah perkebunan,” ungkapnya.
Di masa sulit selama pandemic dan menuju era baru, Pegadaian telah melakukan beberapa strategi. Mengingat untuk bertemu langsung dengan nasabah agak sulit, sehingga pemanfaatan sosial media dan digitalisasi dioptimalkan seperti penggunaan PDS (Pegadaian Digital Service).
Strategi lain yang dilakukan Pegadaian adalah memanfaatkan agen Pegadaian untuk melayani nasabah yang tetap ingin bertemu. Karena di setiap cabang Pegadaian ada agen gadai dan agen pembayaran.
Bisnis yang tetap berjalan baik juga dibarengi dengan komitmen membantu masyarakat di tengah pandemic. Kepala Departemen Risiko Pegadaian Kanwil VII Denpasar Martinus Hurint mengatakan, ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu memberikan stimulus pada nasabah yang terdampak dengan memberikan restrukturisasi pada kredit mikro. Dari 6.750 nasabah yang mengajukan, sebanyak 3.122 telah disetujui.
Selain itu Pegadaian juga memberikan bantuan sosial, bagi – bagi sembako sebanyak 500 sembako ke Dinsos Bali, 300 sembako ke Kabupaten Bangli, 185 APD ke rumah sakit dan IDI di Bangli serta Denpasar serta washtafel di 10 pasar di Bali. (Citta Maya/Balipost)