TABANAN, BALIPOST.com – Di masa pandemi COVID-19, Bali terpuruk karena hanya mengandalkan sektor pariwisata. Sementara sektor pertanian yang merupakan salah satu andalan Kabupaten Tabanan seperti terpinggirkan.
Banyak warga memilih bekerja di sektor pariwisata dan melupakan pertanian termasuk kaum perempuan. Namun kini dengan adanya pandemi COVID-19, pertanian menjadi juru selamat Bali.
Tidak salah kemudian muncul ajakan untuk kembali menggalakkan pertanian termasuk mengajak kaum perempuan tidak gengsi turun ke sawah menjadi petani. Seperti yang digalakkan kembali oleh Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Bali, Nyonya Putri Suastini Koster yang didaulat sebagai Ketua Sekaa Manyi Rai Putri di Subak Aseman 5B, banjar Bongan, desa Tegal Mengkeb, Selemadeg Timur dalam giat panen raya di desa setempat, Selasa (9/6).
Dalam kesempatan itu, Nyonya Putri Koster mengharapkan dalam era baru yang sekarang ini menurutnya kembali ke era lama yang sudah ditinggalkan. Seperti perempuan Bali yang ikut terjun menjadi petani dan tidak gengsi untuk menjadi petani.
“Pandemi Covid-19 mengajak kita untuk mampu mandiri. Jangan mati karena gengsi tidak mau terjun ke sektor pertanian,” katanya.
Apalagi kata Nyonya Putri Koster, Tabanan sebelumnya dan sampai kini terkenal sebagai lumbung pangannya Bali, khususnya beras. hal tersebut harus tetap dipertahankan dengan keterlibatan perempuan untuk ikut terjun menjadi petani.
Selain itu untuk tetap menjaga predikat tersebut alih fungsi lahan juga harus ditekan sehingga Bali mampu tetap berswasembada pangan. “Dengan demikian, kita bisa memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Bali, kalau ada lebih baru dikirim ke luar. sekarang beras kita jual ke luar dan kita datangkan lagi dengan harga lebih mahal. Kenapa tidak kita olah sendiri,” terangnya.
Menurut Nyonya Putri Koster kualitas beras Bali sangat bagus untuk membuat masyarakat Bali sehat. untuk itu dia mengajak masyarakat Bali khususnya perempuan untuk bisa mandiri ikut terjun ke sektor pertanian seperti ikut mengolah, menanam dan memanen hasilnya. “Saya sangat setuju dengan pembentukan sekehe manyi seperti di sekehe manyi Rai Putri dan saya siap jadi pembinanya,” sebutnya.
Dengan keterlibatan perempuan dalam sektor pertanian tentu akan menghasilkan untuk diri sendiri. ditegaskan, kita tidak boleh terjajah oleh teknologi seperti keasyikan bermain handphone sementera orang luar yang melakukan panen atau mantig. “Ayo ambil kerja itu dengan rasa tanggung jawab sehingga kita dihargai,” ucapnya.
Sementara itu Ketua DPC PDIP Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya selaku penggagas panen raya menilai potensi pertanian Tabanan luar biasa. Apalagi Tabanan terkenal sebagai lumbung berasnya Bali karena sebagai penghasil beras terbesar di Bali.
Subak Aseman merupakan subak terluas di Tabanan memiliki potensi pertanian basah maupun kering. Luas subak aseman 2.291 hektar terluas di Bali dan ini merupakan kebanggan di Kabupaten Tabanan.
Namun demikian, potensi tanaman padi di subak ini sangat bagus dan hasilnya juga bagus. Hanya saja petani saat panen tidak bisa berbuat banyak karena harga jual gabah keringan bisa turun jauh dari harga pasaran.
Melihat hal inilah PDIP mencoba mencari solusi, membeli gabah petani dengan wajar saat panen raya tiba. Sehingga harga bisa stabil dan petani juga diuntungkan.
Begitupun persoalan pengairan, diakuinya sudah diketahui oleh Pemerintah Provinsi Bali. Diharapkan ke depan akan dibangun embung-embung lainnya, mengingat saat ini masih mengandalkan pengairan dari bendungan Telaga Tunjung yang belum bisa optimal melakukan pengairan saat musim kemarau.
Sementara Kelian subak (Pekaseh) Subak Aseman 5B, I Nangah Nuada mengatakan, luas wilayah yang ada 85 hektare dengan jenis padi Ciherang dan 64 Super. Baru 30 hektare luas lahan yang saat ini dipanen, karena masa panen bervariasi.
Diakuinya saat ini masih terkendala dengan pengairan. Di saat musim hujan dan air banyak petani bisa menanam padi.
Sementara di musim kemarau bisa menanam palawija, seperti jagung. Pasalnya sebagin besar areal persawahan di Subak Aseman 5B merupakan sawah tadah hujan sehingga hanya mampu menanam padi sekali setahun saat musim hujan. (Puspawati/balipost)