DENPASAR, BALIPOST.com – Cabang olahraga dansa atau dancesport tetap getol memperjuangkan agar resmi dipertandingkan pada PON XX di Papua, Oktober 2021. Apalagi, pelaksanaan hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia masih setahun lagi, sehingga persiapan venue bisa lebih matang lagi.
Sekjen Ikatan Olahraga Dancesport Indonesia (IODI) Made Suparmi, di Denpasar, Minggu (14/6) menuturkan, pihaknya tidak menuntut venue yang sempurna untuk cabor dancesport di Bumi Cendrawasih. Bahkan, pengecekan telah dilakukan di hall, Hotel Aston Jayapura. “Namun, kami tidak menuntut venue yang sangat ideal, malahan jika ada GOR dan bisa dipakai para atlet untuk melantai, kami kira sudah cukup layak,” papar Suparmi, yang juga Ketua Umum Pengprov IODI Bali ini.
Dijelaskannya, langkah yang ditempuh PP IODI supaya didukung KONI Pusat, termasuk PB PON bertujuan meloloskan cabor dancesport resmi dipertandingkan di PON Papua. Suparmi menyebutkan, Bali meloloskan 16 atlet, terdiri atas putra (8) dan putri (8). Mereka ini keluar sebagai juara umum di ajang Pra-PON. “Anak-anak kami batasi berlatih dua pasang (couple) pagi dan dua pasang sore berlatih pada studio di Sanur. Para atlet tetap berlatih sesuai protokol kesehatan, misalnya memakai masker dan rajin mencuci tangan,” ungkap Suparmi.
Apalagi, pelatih asal Italia, Luca, sedang berada di Bali, sehingga tenaganya kami manfaatkan untuk melatih anak-anak. Suparmi menegaskan, PP IODI berniat menggelar lomba dancesport secara online.
Caranya, para atlet mengirim rekaman video gerakannya berdurasi tiga menit pada kategori solo. PP IODI mempertandingkan 24 nomor solo.
Hadiahnya tiap kategori Rp 1 juta, rinciannya juara I Rp 500 ribu, juara II Rp 300 ribu dan juara III Rp 200 ribu, sehingga total hadiahnya Rp 24 juta. (Daniel Fajry/balipost)