Bupati Bangli, Made Gianyar bertemu dengan pengabdi tenaga kesehatan di Bangli. (BP/Dokumen)

BANGLI, BALIPOST.com – Belasan tenaga kesehatan berstatus pengabdi yang tergabung dalam Forum Pengabdi Tenaga Kesehatan Kabupaten Bangli mendatangi Rumah Jabatan Bupati Bangli, Senin (15/6). Kedatangan mereka untuk menemui bupati dan mengajukan permohonan agar diangkat menjadi pengawai kontrak daerah.

Dalam pertemuan tersebut, terungkap masa pengabdian para tenaga pengabdi ada yang sudah mencapai belasan tahun. Kedatangan perwakilan Forum Pengabdi Tenaga Kesehatan Kabupaten Bangli diterima langsung Bupati Bangli I Made Gianyar didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dr. I Nengah Nadi dan Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKD-PSDM) Bangli Gede Arta.

Bupati Made Gianyar dalam pertemuan itu menyampaikan apresiasi kepada para pengabdi tenaga kesehatan di Bangli yang selama ini sudah bersedia merelakan waktunya mengabdi melayani masyarakat di bidang kesehatan. Meskipun bayaran yang diterima hanya sekedar. Bupati Gianyar mengaku ia sejatinya sudah lama memikirkan apa yang menjadi harapan para tenaga pengabdi kesehatan di Bangli.

Baca juga:  Kajati Bali Dimutasi Ke Kejaksaan Agung

Pihaknya akan berupaya memperhatikan harapan para tenaga pengabdi dengan menjadikan tenaga kontrak daerah. Hanya saja tenaga pengabdi yang bakal dijadikan tenaga kontrak harus punya kinerja baik dan benar-benar punya jiwa melayani masyarakat di bidang kesehatan.

Pada pertemuan, Made Gianyar pun langsung memerintahkan Kepala BKD-PSDM Bangli untuk mengecek tenaga pengabdi yang memang benar-benar layak dijadikan tenaga kontrak. “Saya perintahkan kepala BKD untuk mengecek. Karena biasanya, kalau sudah ada kesempatan, lagi ramai-ramai. Yang sudah lama tidak ngabdi, tiba-tiba datang lagi. Sehingga saya ingin juga kejujuran adik-adik pengabdi semua, kalau di Puskesmas ada yang memang rajin, dan mana yang tidak rajin tolong diberikan data yang benar,” kata Gianyar.

Ia ingin ke depan Bangli benar-benar punya pegawai kesehatan yang bekerja betul-betul dari hatinya dan bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat Bangli.

Baca juga:  Pengukuhan Pengurus DPC Kabupaten/Kota, APDB Diharapkan Jadi Motor Penggerak Ekonomi Masyarakat

Mengenai berapa lama masa pengabdian yang harus dimiliki tenaga pengabdi untuk bisa menjadi tenaga kontrak, Bupati asal Desa Bunutin, Kintamani itu menyerahkan hal teknis tersebut ke BKD-PSDM. Yang jelas ia ingin tenaga kesehatan yang jadi tenaga kontrak benar-benar mau bekerja melayani masyarakat.

Termasuk soal berapa jumlah yang akan dijadikan tenaga kontrak daerah, ia menyerahkannya ke Kadis Kesehatan. “Saya serahkan ke Pak Kadis berapa rasio idealnya. Paling tidak nanti ada yang bertugas di pustu di desa-desa. Jangan sampai ada pustu yang kosong karena tidak ada petugasnya,” kata Gianyar.

Sementara itu, Koordinator Pengabdi Tenaga Kesehatan Kabupaten Bangli I Ketut Bawa Makmurtama menyebutkan jumlah total pengabdi tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Bangli yakni sebanyak 107 orang. Terdiri dari 30 orang perawat, 68 bidan, 3 analis kesehatan, 1 ahli gizi, 1 managemen RS, 1 keperawatan gigi 1 tamatan SMA dan 2 Tamatan SMK Kesehatan.

Baca juga:  Bangli Mulai Terapkan Tunjangan Kinerja, ASN Buat Catatan Kerja Harian

Seluruhnya tersebar di puskesmas-puskesmas. Masa pengabdian para tenaga pengabdi bervariasi. Paling lama mencapai belasan tahun.

Pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Bangli dapat memperhatikan pengabdian para tenaga pengabdi di Bangli dengan mengangkat sebagai pegawai kontrak daerah. Sehingga dengan demikian para tenaga pengabdi nantinya punya kepastian mengenai imbalan dan honor atas jasa yang telah diberikan.

Diungkapkannya, selama ini tugas dan tanggung jawab pengabdi dalam menjalankan tugasnya tidak jauh berbeda dengan tenaga kesehatan berstatus PNS. Bahkan tak jarang, tenaga pengabdi mengambil pekerjaan di luar tupoksi.

Contohnya perawat pengabdi yang ditugaskan di UGD Puskesmas, terkadang mengambil tugas tambahan mengantar langsung pasien dengan mobil ambulans ke rumah sakit rujukan. Hal itu dilakukan karena SDM untuk mengoperasikan ambulans tidak ada. (Dayu Swasrina/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *