MANGUPURA, BALIPOST.com – Empat pebulu tangkis PON Bali, yakni Agus Aldi Santoso, Gusti Ngurah Bagus Bagus Agung Suptayana, Nyoman Tryadnyana Arya, dan Alvin Honik, harus rela merogoh kocek sendiri untuk menyewa lapangan di GOR Dharma Praja Dalung, berikut membeli bola shuttle cock. Mereka ditangani pelatih PON Made Wijaya untuk berlatih bersama hanya tiap Selasa. Sedangkan, latihan tambahan bisa dilakukan di klub maupun di rumah masing-masing.
Made Wijaya di sela-sela melatih atlet asuhannya di GOR Dharma Praja, Selasa (16/6), menerangkan, anjuran dari KONI Bali meskipun tidak ada dana tali kasih, program Pelatda atlet PON tetap diberlakukan. “Kami bersyukur anak-anak tetap semangat berlatih, meskipun harus urunan mengeluarkan uang,” sebut Made Wijaya.
Ia menjelaskan, Bali meloloskan tujuh atlet putra yakni Agus Aldi, Agung Suptayana, Nyoman Arya, Alvin, Putu Pande Sheva Brahmantya Putra, Kadek Pande Dheva Brahmantya, dan Gede Pasek Ekayana. Sedangkan, di sektor putri Bali meloloskan empat pebulu tangkis. Mereka adalah Made Deya Surya Saraswati, Made Pranita Sulistya Devi, Komang Ayu Cahya Dewi, serta Ayu Gary Luna Maharani.
Wijaya mengakui, kesebelas atlet asuhannya terpencar dan tidak bisa latihan bersama. Ia mencontohkan, Komang Ayu Cahya Dewi berlatih di Pelatnas, sementara Made Pranita dan Deya Surya memiliki lapangan bulu tangkis di rumahnya. Meskipun sulit latihan bareng, Wijaya tetap memprogramkan pebulu tangkis PON Bali, supaya berlaga pada Sirkuit Nasional (Sirnas) di Bali, Oktober mendatang. “Saya kira ajang Sirnas ini sangat cocok bagi atlet Bali, sekaligus sebagai program try in,” ucap dia.
Hanya, Wijaya belum tahu apakah ada biaya untuk pendaftaran, mengingat program atlet PON memerlukan try in dan try out. “Kemungkinan Pengprov PBSI Bali yang akan mengajukan anggaran. Jika tidak ada dana, kami terpaksa tiap atlet mengeluarkan biaya sendiri-sendiri,” jelasnya. (Daniel Fajry/balipost)