Dauh Wijana. (BP/ist)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masa pandemi Covid-19 menjadi momentum yang tepat untuk menata obyek wisata Ceking, Tegalalang, Gianyar. Tidak hanya itu, masa pandemi juga momentum yang tepat untuk instrospeksi diri para stakeholder di Ceking.

Ketua Pengelola Obyek Wisata Ceking, Tegalalang Gianyar Dr. Ir. Made Dauh Wijana, MM.mengatakan, sejak Maret hingga saat ini hampir semua obyek wisata tutup, kunjungan tamu juga sudah tidak ada. Sehingga masa pandemi ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan pembenahan agar obyek wisata Ceking bisa lestari.

Pihaknya pun sudah pernah mengumpulkan beberapa stakeholder yang ada di Ceking, seperti pemilik lahan untuk membangun komitmen, menyadarkan mereka bahwa jika Ceking dibiarkan di eksploitasi tanpa terkendali akan ditinggal oleh wisatawan. Jika tidak membangun komitmen, menurutnya semua pihak akan rugi. “Oleh karena itu kita berikan kesadaran untuk bersama – sama membangun Ceking,” ujarnya Senin (15/6), saat wawancara dalam program Balipost Talk.

Baca juga:  Dari Pelaku Buron Ngaku Buser Polda hingga KPK Buka Suara

Penataan yang dilakukan salah satunya menata bangunan yang mengganggu pemandangan di Ceking. Diakui, ia pun telah memiliki konsep penataan Ceking yang berkelanjutan, bisa dinikmati anak cucu nantinya. Bahkan ia yakin Ceking akan menjadi obyek yang mempunyai daya tarik luar biasa di samping taksu yang cukup luar biasa.

“Dalam upaya penataan itu ia sudah menemukan titik temu, kemudian tinggal mendetailkan konsep kita, dimana ruang – ruang yang perlu kita negosiasikan atau yang lain,” bebernya.

Baca juga:  Tolak Perumahan Baru, Warga Datangi DPRD Denpasar

Untuk melakukan penataan, ia mengajak semua pihak mempunyai komitmen sama sehingga penataan bisa dilakukan paling tidak membuat obyek itu bisa lestari dan menjadi penghubung antara lokasi sebelah barat dengan lokasi lain.

Dalam penataan tersebut, ia pernah mengonsultasikan dengan Pemda Gianyar sehingga ia berharap setelah terkonsolidasi baik dengan stakeholder di Ceking, ada uluran tangan dari Pemda. “Karena obyek wisata Ceking tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan penataan karena untuk penataan butuh dana investasi. Toh juga lahan itu banyak dimiliki orang privat, kita ajak mereka ke visi membangun Ceking itu sehingga mereka dapat berinvestasi secara terarah, terkoordinasi sesuai konsep kita,” jelasnya.

Baca juga:  Sebulan, Kerugian Bencana di Badung Diperkirakan Lebih dari Rp 3 Miliar

Selama ini kontribusi Ceking ke desa adat cukup signifikan. Sejak ia mengelola obyek wisata Ceking, ada manfaat yang bisa diberikan untuk desa adat, karena dari awal ia ingin berkontribusi untuk desa adat. Bahkan menurutnya, obyek wisata Ceking bisa menjadi potensi aset desa. (Citta Maya/Balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *