DENPASAR, BALIPOST.com – Pemprov Bali kembali akan menambah dua laboratorium PCR (Polypolymerase Chain Reaction) untuk mendiagnosis COVID-19. Saat ini, laboratorium PCR sudah ada di RSUP Sanglah, RS PTN Unud, dan FK Universitas Warmadewa.
Sedangkan tambahan dua laboratorium PCR yang tengah dipersiapkan adalah di RS Bali Mandara (RSBM) dan Laboratorium Kesehatan (Labkes) Dinas Kesehatan Provinsi Bali. “Masih dalam proses. Kalau Labkes sudah beli alatnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya kepada Bali Post, Selasa (16/6).
Menurut Suarjaya, satu alat yang dibeli itu berkapasitas rata-rata 98 kali uji sampel dalam satu shift. Dalam sehari, bisa dilakukan sampai tiga shift sehingga total kapasitasnya 294 kali uji sampel per hari.
Untuk di RSBM, tidak membeli alat baru. Namun, menarik kembali alat yang sebelumnya dipinjamkan ke RSUP Sanglah. Kapasitasnya juga sama yakni 98 kali per shift. “Alat itu kita tarik, Sanglah kita belikan yang baru,” imbuhnya.
Suarjaya menambahkan, alat untuk melakukan uji swab berbasis PCR di laboratorium RSUP Sanglah kini ada 3. Dua diantaranya merupakan bantuan dari Kemenkes. Kemudian di laboratorium RS PTN Unud, ada dua alat bantuan dari pusat.
Di laboratorium FK Unwar ada satu alat yang merupakan milik sendiri. Begitu juga di Labkes dan RSBM, ada masing-masing satu alat. Kedua laboratorium ini sekarang masih dalam tahap persiapan setting alat, membeli reagen, pelatihan SDM, serta simulasi dan optimasi. “Kalau yang Labkes, minggu depan sudah jalan (melakukan uji swab berbasis PCR, red). Kalau yang RSBM, 2 Juli baru jalan,” jelasnya.
Suarjaya menjelaskan, laboratorium PCR ditambah untuk mempercepat penanganan COVID-19. Terlebih sekarang kasus transmisi lokal mendominasi jenis penularan COVID-19 di Bali. Tracing kontak pun harus segera dilakukan untuk bisa mengetahui status COVID-19.
Selain itu, penambahan laboratorium juga untuk mempercepat proses treatment di RS.
“Karena untuk memulangkan pasien COVID-19 kan harus dengan dua kali swab negatif,” terangnya.
Tujuan lainnya, kata Suarjaya, untuk mempercepat mengetahui status para pekerja migran Indonesia (PMI) yang pulang ke Bali. Sebab, PMI yang datang kini tidak lagi di rapid test, tapi langsung di uji swabnya.
Demikian pula para pelaku perjalanan melalui bandara. Apalagi nanti dalam tatanan kehidupan era baru atau new normal, harus dipersiapkan pula dengan pemeriksaan PCR. “Termasuk pelaku pariwisata. Jadi ada rencana strategisnya (renstra, red),” paparnya.
Sementara kapasitas tempat tidur untuk rawat inap, Suarjaya menyebut kini sudah ada 500an. Ini belum termasuk di tempat karantina sehingga dikatakan masih cukup.
Kendati saat ini, kasus aktif atau pasien positif COVID-19 dalam perawatan mencapai 266 orang hingga Selasa (16/6) yang terdiri dari 264 WNI dan 2 WNA. Separuhnya kini berada di tempat karantina karena merupakan OTG (Orang Tanpa Gejala).
Kalau memang ada penambahan kasus lagi, maka akan dilakukan penambahan rumah sakit rujukan. Untuk pasien positif yang merupakan OTG dibawa ke tempat karantina untuk mencegah penularan.
Di tempat karantina, imunitas para OTG ditingkatkan dengan diberikan vitamin, madu kela, dan makanan bergizi. Mereka juga diminta beristirahat, mengikuti program olahraga dan berjemur. “Makanya yang dikarantina kan cepat sembuh. Yang di RS agak lambat sembuhnya mungkin karena kurang aktivitas, tidak seperti di karantina,” tandasnya. (Rindra Devita/balipost)