Dexamethasone disebut bisa menyembuhkan pasien COVID-19 yang kritis berdasarkan penelitian di Inggris. (BP/AFP)

JENEWA, BALIPOST.com – Sebuah penelitian menyebutkan obat yang dijual murah dan gampang ditemukan merupakan salah satu obat ampuh untuk penderita COVID-19 yang kritis. Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia, (WHO) menyambut baik hasil uji klinik dari Inggris terkait obat itu.

Dalam rilis yang diterima, Rabu (17/6), WHO menyatakan bahwa dexamethasone, bisa menjadi obat penyelamat bagi penderita COVID-19 yang kritis. Bahkan untuk pasien yang menggunakan ventilator, pengobatan menggunakan Dexamethasone mampu menurunkan tingkat kematian hingga sepertiganya.

Manfaat dari pengobatan ini hanya diteliti pada pasien COVID-19 yang sakitnya serius. “Ini merupakan pengobatan pertama yang memperlihatkan berkurangnya tingkat kematian pada pasien COVID-19 yang memerlukan dukungan ventilator oksigen,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Nasional Dua Kali Lipat dari Sehari Sebelumnya

Ia menilai hal ini adalah kabar baik dan mengucapkan selamat pada pemerintah Inggris, Universitas Oxford, dan sejumlah rumah sakit serta pasien di Inggris yang sudah berkontribusi dalam terobosan ini.

Dexamethasone adalah obat yang biasa digunakan untuk mengurangi inflamasi di sejumlah penyakit seperti radang sendi. “Dexamethasone obat murah, ada di mana-mana dan bisa langsung digunakan untuk menyelamatkan nyawa orang-orang di seluruh dunia dengan segera,” kata Peter Horby, pemimpin studi di Universitas Oxford, dikutip dari Kantor Berita Antara.

Dexamethasone adalah obat steroid yang biasanya digunakan untuk mengurangi peradangan. Menurut NHS, “tablet steroid, juga disebut tablet kortikosteroid, adalah jenis obat anti-inflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi. Mereka dapat digunakan untuk mengobati masalah seperti alergi, asma, eksim, penyakit radang usus dan radang sendi.”

Baca juga:  Pedagang Agar Disiplin Laksanakan Protokol Pencegahan Covid-19

Obat steroid mengurangi peradangan, yang terkadang berkembang pada pasien COVID-19 ketika sistem kekebalan bereaksi berlebihan untuk melawan infeksi. Reaksi berlebihan ini dapat berakibat fatal, sehingga dokter telah menguji steroid dan obat antiinflamasi lainnya pada pasien tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar tidak menggunakan steroid lebih awal dalam perjalanan penyakit karena mereka dapat memperlambat waktu sampai pasien membersihkan virus. Secara signifikan, dexamethasone juga obat pertama yang ditunjukkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada COVID-19.

“Ini adalah hasil yang sangat disambut baik. Manfaat bertahan hidup jelas dan besar pada pasien yang cukup sakit untuk memerlukan perawatan oksigen, jadi dexamethasone sekarang harus menjadi standar perawatan pada pasien ini,” kata Horby.

Baca juga:  Dua Zona Merah Ini Sumbang Kasus COVID-19 Hingga 60 Persen dari Tambahan Harian

Kementerian Kesehatan Inggris menyetujui penggunaan obat ini.

Sebelumnya, para peneliti dari Universitas Oxford memberikan dexamethasone kepada lebih dari 2.000 pasien COVID-19 yang sakit parah dalam sebuah uji coba klinis bernama RECOVERY (evaluasi acak pengobatan COVID-19) untuk mengetes potensi pengobatan COVID-19 termasuk menggunakan dexamethasone dosis rendah.

Hasilnya, dexamethasone yang diberikan secara oral dan lewat infus selama 28 hari mampu mengurangi risiko kematian hingga 35 persen pada pasien dengan bantuan ventilator.

Obat ini juga mampu mengurangi kematian hingga 20 persen pada pasien yang butuh asupan oksigen. Namun tampaknya tidak membantu pasien yang sakitnya tidak terlalu parah. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *