Warga Perum Pondok Galeria, Banjar Jabapura, Desa Padangsambian Kelod yang menjalani rapid test di areal perum setempat, Rabu (17/6). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Jumlah kasus positif COVID-19 jenis transmisi lokal di Denpasar per Rabu (17/6) mencapai 184 orang. Jika dipersentasekan dari kumulatif 241 kasus yang saat ini ditangani Denpasar, jumlahnya mencapai 76 persenan.

Sekretaris Daerah Kota Denpasar A.A. Ngurah Rai Iswara membenarkan bahwa saat ini, terlebih sejak 5 Juni 2020, terjadi peningkatan transmisi lokal yang sangat signifikan di Kota Denpasar. Hal tersebut, kata Rai Iswara via video conference/daring, Selasa (16/6), didominasi dari penyebaran di pasar tradisional.

Ia pun mengatakan ada sejumlah hal yang sudah dan harus dilaksanakan dalam menekan transmisi lokal tersebut. “Pertama, Kota Denpasar telah menerapkan Perwali Nomor 32 yaitu Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Kedua, menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat terkait physical distancing. Ketiga, memberikan suatu hal yang bisa diadaptasi oleh masyarakat misalnya dengan membiasakan diri dalam penerapan protokol kesehatan. Keempat, di mana semua hal tersebut bisa menuju pada kemandirian masyarakat,” paparnya dalam rapat koordinasi yang digelar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi itu.

Baca juga:  Ratusan Warga Meninggal Belum Terkonfirmasi, Dimakamkan Sebagai Korban Jiwa COVID-19 di Bandung

Selain itu, kata Rai Iswara, Denpasar juga sudah meningkatkan kembali peran dan fungsi dari satgas gotong royong. “Beberapa hal ini diharapkan dapat menekan terjadinya transmisi lokal,” tegasnya.

Kasus transmisi lokal di Denpasar pada Rabu (17/6) mengalami lonjakan signifikan, bahkan mencapai rekor baru sejak wabah ini merebak. Dalam sehari, terjadi penambahan kasus sebanyak 30 orang.

Menurut Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Denpasar, I Dewa Gede Rai, peningkatan kasus transmisi lokal di Kota Denpasar saat ini didominasi oleh klaster pasar. “Trend kasus saat ini terus meningkat karena fokus GTPP untuk menemukan kasus, namun sembari itu berjalan, masyarakat diharapkan lebih waspada, karena siapa saja bisa jadi carrier. Untuk sementara jangan berkumpul dan lebih disiplin ikuti protokol kesehatan,” kata Dewa Rai.

Ia memaparkan dari 30 kasus baru ini, sebaran terbanyak ada di dua desa dengan total 22 kasus. Yakni Desa Pemecutan Kelod dan Padangsambian Kelod.

Baca juga:  Buntut Gas Melon Kembali Langka, Agen Disidak

Untuk Pemecutan Kelod terdapat 12 kasus baru. Rinciannya 4 orang perempuan serta 8 laki-laki. Sementara itu di Padangsambian Kelod terdapat penambahan 10 orang. Yakni 5 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.

Dilihat dari https://safecity.denpasarkota.go.id/id//covid19, hanya 3 dari 44 desa/kelurahan yang belum ada pasien positif COVID-19. Ketiga daerah itu adalah Dangin Puri Kauh, Peguyangan Kaja, dan Sumerta Kaja.

Sementara itu, dari sebarannya, Desa Padangsambian Kelod adalah yang terbanyak menyumbangkan kasus positif COVID-19. Jumlahnya mencapai 20 kasus.

Selain itu, terdapat pula sejumlah kelurahan/desa yang memiliki belasan kasus positif COVID-19, yakni Pemecutan Kaja sebanyak 18 kasus, Pemecutan Kelod (19), Pemecutan (17), Tonja (13), Tegal Kertha (14), dan Sumerta (13).

Klaster Pasar

Tekait banyaknya kasus positif, Perbekel Padangsambian Kelod, I Gede Wijaya Saputra, mengatakan sebagian besar warga terjangkit lewat penularan dari klaster pasar. Sebanyak 11 warga yang terpapar COVID-19 merupakan satu keluarga.

Mereka tinggal di dua rumah yang berdampingan dan terhitung sebagai 2 KK. Kasus ini terjadi akibat transmisi lokal dari salah anggota keluarga yang berprofesi sebagai pedagang canang di pelataran Pasar Kumbasari.

Baca juga:  Ini 4 Penyebab Badan Lemas Saat Bangun Tidur

Ia mengungkapkan, pihaknya terus melakukan upaya tracing guna memastikan kondisi kesehatan orang-orang yang pernah kontak dengan para pasien positif COVID-19 tersebut. “Kami lakukan tracing dari dua KK tersebut. Kami minta kejujuran warga banjar, siapa saja yang pernah kontak dengan mereka yang positif,” ujarnya.

Dikatakannya, upaya tracing perlu dilakukan semaksimal mungkin. Tidak saja menyasar anggota keluarga lainnya dari para pasien, tetapi juga fokus pada beberapa sasaran lainnya. Contohnya orang-orang yang menyewa tempat kos keluarga ini. “Keluarga ini punya kos-kosan. Nah, anak kos ini kita tracing,” jelasnya.

Menurutnya, pascasalah satu anggota keluarga dinyatakan positif COVID-19, dilakukan tes swab bagi 10 anggota keluarga yang lain. Hasilnya, 8 diantaranya dinyatakan positif COVID-19.

Bagaimana dengan 2 orang lainnya? Wijaya Saputra menyebut, untuk 2 orang ini dilakukan tes swab ulang. Hasilnya, pada 17 Juni keduanya dinyatakan terjangkit virus Corona. (Eka Adhiyasa/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *