Ilustrasi. (BP/Suarsana)

DENPASAR, BALIPOST.com – Data pasien COVID-19 di Bali disebut bocor. Bahkan dijual dengan harga Rp 2,8 juta.

Hal ini pun mengundang reaksi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya saat dikonfirmasi, Senin (22/6). Terkait dugaan kebocoran data pasien COVID-19 di Bali, Suarjaya mengaku tidak pernah mengirim data pasien COVID-19 ke pihak manapun yang tidak prosedural.

Data pasien positif COVID-19 di Bali sifatnya terpadu dan hanya dikirim ke pemerintah pusat. Apalagi di media sosial disebutkan bahwa ada 230 ribu data yang bocor dan dijual seharga Rp 2,8 juta. “Saya tidak tahu bocornya dimana. Tujuannya juga untuk apa. Kalau cuma tahu data seseorang, si ini ada di alamat ini, untuk apa? Memang mau diapain datanya?” tanyanya.

Baca juga:  Tri Jangkau Millennial dengan Layanan Berbasis Digital

Diwawancara terpisah, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali Gede Pramana mengatakan, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menegaskan bahwa tidak ada penjualan 230 ribu data pribadi pasien COVID-19 Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada data pasien yang bocor.

Namun demikian, munculnya isu ini di media sosial akan dijadikan sebagai peringatan agar ke depan lebih meningkatkan sistem keamanan data.

Baca juga:  Nasional Laporkan Tambahan Pasien COVID-19 Sembuh Lebih Banyak dari Kasus Baru

“Dengan adanya begini, walaupun itu bukan data kita, setidaknya kita akan meningkatkan sistem keamanan kita. Kalau menelusuri itu, nanti kepolisian yang akan menelusuri,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *