Ilustrasi. (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Menjaga ketahanan ekonomi atau setidaknya bertahan saat pandemi haruslah menjadi program strategis saat ini. Ada banyak hal yang bisa dioptimalkan, salah satunya lewat inovasi triple helix.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unud, Agoes Ganesha Rahyuda, SE., MT., Ph.D., Senin (22/6) menjelaskan triple helix adalah penggabungan atau kerjasama yang terjadi antara pemerintah, akademisi atau institusi pendidikan, dan dunia usaha atau industri. Ia mengatakan masa pandemi bukan melakukan upaya untuk recovery tapi bertahan (survive).

“Karena para karyawan tidak menyangka situasi ini akan terjadi, kemudian dia bergeser ke situasi ini, terjadi kepanikan akibat PHK. Para korban PHK harus tetap mencoba survive dalam kondisi pandemi,” jelasnya.

Baca juga:  Dukung "Jakarta Content Week," Upaya BRI Dorong Kemajuan Industri Kreatif

Kalangan akademisi mengkaji bahwa masyarakat yang di PHK atau unpaid leave akan melakukan pergeseran profil pekerjaan. Awalnya mungkin karyawan kemudian bergeser menjadi entrepreneur di bidang industri kreatif seperti kuliner melalui instagram, jasa periklanan menggunakan sosial media untuk membantu melakukan promosi, industri kerajinan dan lain sebagainya.

Masa pandemi di dalam upaya bertahan, menurutnya tidak bisa dihadapi sendiri, harus bekerjasama bergotong royong. Begitu terjadi pergeseran dari karyawan menuju entrepreneur di industri kreatif, pemerintah harus menyambut bola ini. “Seperti misalnya di masa survival, pemerintah memberikan tawaran, menandai industri kreatif yang memiliki market yang besar di Bali sehingga mereka yang memiliki skill yang compatible akan masuk ke sana membuat produk, jasa dan masuk ke dalam pasar yang disediakan, seperti itu yang menjadi peran pemerintah,” ujar dekan termuda di Unud ini.

Baca juga:  Tertimpa Pohon yang Ditebang, Warga Gunaksa Tewas

Bali pun dikatakan memiliki modal untuk dapat bekerja sama secara bergotong royong membangun perekonomian ini. Kalangan akademisi memberikan hasil-hasil kajian kepada pemerintah, pemerintah membuat regulasi untuk dunia usaha.

Dengan ketiga elemen itu melakukan kerjasama, ia yakin di masa survival ini ekonomi Bali dan ekonomi masyarakat Bali bisa terdongkrak, memiliki daya ungkit yang tidak lagi terfokus pada pariwisata. Ia meyakini pemerintah memiliki banyak sekali kebijakan yang bagus.

Baca juga:  Didukung Talenta Kreatif, Bali Berpotensi Jadi Pusat Industri Layar

Dalam masa bertahan ini, siklus ekonomi dimulai dari puncak atau klimaksnya, penurunannya kemudian resesinya, dan terakhir recovery. Di masa bertahan, masyarakat dan pemerintah harus bisa menyikapinya dengan baik dimulai dari kalangan paling bawah. “Semakin kita bisa survive, semakin cepat kita masuk ke masa recovery, langsung ekspansi, dan lain sebagainya,” imbuhnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *