SEMARAPURA, BALIPOST.com – Tragedi karamnya Kapal Dharma Rucitra III di Pelabuhan Padangbai, Karangasem, 12 Juni malam, masih menimbulkan dampak terganggunya akses penyeberangan menuju Lombok. Ratusan truk tiap harinya harus mengantre berjam-jam untuk menunggu giliran menyeberang.
Antrean truk mengular hingga ke luar pelabuhan, seperti di areal Pantai Yeh Malet hingga akses Jalan By-pass Prof. Ida Bagus Mantra di Kusamba, Klungkung.
Salah satu sopir truk ekspedisi, Syarifudin, Selasa (23/6), mengatakan, ia harus menunggu hampir sehari untuk mendapat giliran menyeberang. Selain karena terkendala evakuasi kapal yang karam itu, jumlah kapal lain yang beroperasi, juga sedikit.
Sehingga, trip penyeberangan menjadi tidak maksimal. Truknya terpaksa diparkir di pinggir Jalan By-pass Prof. Mantra, karena tempat parkir di areal pelabuhan hingga areal Yeh Malet sudah penuh.
Ketika truk di sana sudah mendapat giliran berangkat ke pelabuhan, maka truknya baru diarahkan bergeser ke Yeh Malet. “Kami sering kontak sesama sopir, proses evakuasi kapal di sana masih berlangsung. Makanya harus antre dulu di sini. Saya sudah 15 tahun jadi sopir truk ekspedisi. Di Pelabuhan Padangbai ini ada saja masalah,” keluh sopir asal Lombok, yang baru saja kembali dari Surabaya mengangkut segala jenis pakan ternak.
Kalau mengantre, dia mengaku tak jadi masalah. Sebab, pakan ternak yang diangkutnya bisa bertahan lebih lama, dari barang lain, seperti sembako, rempah atau sayur-sayuran yang diangkut sopir lain.
Namun, dia khawatir, parkir di tepi jalan karena bisa memicu kecelakaan. Terlebih, di jalur by-pass, yang padat kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Kasatlantas Polres Klungkung AKP Made Teja Dwi Permana mengatakan, sebagai antisipasi, pihaknya bekerja sama dengan Polres Karangasem untuk mencegah terjadinya kemacetan. Truk terpaksa ditahan di jalur by-pass untuk menghindari kemacetan dari Jembatan Yeh Banges sampai perbatasan Yeh Malet. “Kami tetap menunggu informasi dari Polres Karangasem. Ketika areal Yeh Malet sudah kosong, maka kami arahkan truk di by-pass untuk geser ke sana sesuai kapasitas. Misalnya 40 unit,” katanya.
Berkat kerja keras jajaran kepolisian, situasi ini tidak sampai menimbulkan kekroditan di jalan raya. Maksimal tiap harinya rata-rata ada 70 truk diatur demikian, sehingga tidak terjadi kekacauan di tengah proses evakuasi kapal dan penyeberangan juga bisa tetap berjalan. “Mengingat kapalnya besar, jadi proses evakuasinya memakan waktu cukup lama. Mengenai teknisnya kami kurang paham, silakan berkoordinasi lebih lanjut dengan pihak pelabuhan,” tegasnya. (Bagiarta/balipost)