Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan bantuan kegiatan pengembangan Lumbung Pangan untuk cadangan beras masyarakat di Jayasabha, Denpasar, Kamis (25/6). (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gubernur Bali Wayan Koster menyerahkan bantuan kegiatan pengembangan Lumbung Pangan untuk cadangan beras masyarakat di Jayasabha, Denpasar, Kamis (25/6). Total nilai bantuan yang diserahkan mencapai Rp 1,4 miliar atau setara dengan 1000 ton beras.

Dana yang diserahkan bersumber dari anggaran dekonsentrasi APBN dan APBD provinsi. “Lumbung-lumbung pangan ini harus dihidupkan, direvitalisasi kembali, diberdayakan untuk menampung produk-produk pertanian kita,” ujar Koster disela-sela penyerahan bantuan.

Menurut mantan anggota DPR RI ini, lumbung pangan merupakan salah satu unsur penting dalam program ketahanan pangan. Kearifan lokal warisan leluhur inilah yang kedepan akan terus digalakkan menuju kedaulatan pangan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana mengatakan, kegiatan pengembangan Lumbung Pangan untuk cadangan beras masyarakat terdiri dari Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM), Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM), dan Revitalisasi Lumbung Pangan. Untuk PUPM, ada 17 kelompok yang menerima bantuan modal masing-masing Rp 60 juta untuk kerjasama pengolahan gabah menjadi beras dan menjual beras murah.

Baca juga:  Soal Usulan RUU Provinsi Bali, Bukan Otonomi Khusus dan Tak Bebani APBN

Untuk LPM, ada 7 kelompok yang menerima bantuan modal masing-masing Rp 40 juta untuk pengadaan cadangan beras pada kelompok yang bersangkutan. Yakni, Subak Pujutan (Desa Siakan, Bangli), Subak Mertanadi (Desa Yangapi, Bangli), Subak Dangin Yeh (Desa Girimas, Buleleng), Subak Babakan (Desa Pegadungan, Buleleng), Subak Mekar Pertiwi (Desa Buana Giri, Karangasem), Subak Tingkih Kerep (Desa Tengkudak, Tabanan), dan Subak Basangbe (Desa Perean Kangin, Tabanan).

Sedangkan revitalisasi lumbung pangan, berupa bantuan beras kepada 5 kelompok masing-masing 2 ton untuk cadangan beras pada kelompok yang bersangkutan. Diantaranya, Pura Penataran Sima (Desa Tamanbali, Bangli), Subak Anyar (Desa Lalanglinggah, Tabanan), Subak Delod Siangan (Desa Siangan, Gianyar), Subak Lanyahan (Desa Pakisan, Buleleng), dan Lumbung Pangan Batu Kandik (Desa Batu Kandik, Nusa Penida, Klungkung). Beras yang diberikan ini merupakan beras lokal Bali.

Baca juga:  Daya Tarik Wisata Sejarah, Goa Jepang di Penelokan Bakal Ditata

“Bantuan, baik uang maupun beras ini, supaya beras tersedia sepanjang tahun, khususnya pada kelompok-kelompok, pada wilayah yang kita anggap sebagai daerah yang rentan rawan pangan,” ujarnya.

Menurut Wisnuardhana, Bali memang surplus beras. Namun, tidak tersedia sepanjang tahun. Ada bulan-bulan yang panennya sedikit atau paceklik. Panen padi biasanya sudah mulai berkurang pada bulan Juli hingga September. Sedangkan puncak panen umumnya berlangsung Maret-April.

Di sisi lain, ada pula daerah yang memiliki sawah dan luas tanam padi sedikit. Oleh karena itu, bantuan agar dikelola oleh kelompok untuk keperluan cadangan beras masyarakat di kelompok bersangkutan. Paling tidak, kebutuhan beras tercukupi sampai panen berikutnya dan terjangkau harganya.

Baca juga:  Orasi Ilmiah di UT, Gubernur Koster Beberkan Ekonomi Kerthi Bali

“Kita serahkan pengaturannya pada kelompok bersangkutan. Mau dia bagi gratis atau jual murah, silakan saja, yang penting kita harapkan ini bisa dikembangkan di kelompok. Syukur-syukur modal itu bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan,” pungkasnya.

Ketua Kelompok Lumbung Pangan Masyarakat Subak Anyar, I Made Sudiartawan mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan ini. Khususnya bantuan beras 2 ton yang diterima kelompoknya. “Dengan adanya wabah virus corona, kami sebagai masyarakat merasakan dampak luar biasa. Bantuan ini bisa dijadikan sebagai cadangan pangan kami,” ujarnya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *