TABANAN, BALIPOST.com – Manajemen RS Wisma Prashanti akhirnya angkat bicara mengenai penyebab RS tersebut menjadi klaster COVID-19. Direktur Utama, dr. I Made Surya Agung, MARS, Jumat (26/6), mengakui, ada protokol kesehatan yang dilanggar sehingga terjadi penularan virus. Fatalnya, pelanggaran itu justru dilakukan oleh orang yang diharapkan ikut berperan dalam memutus mata rantai COVID-19.
Dirut didampingi Kepala bidang pelayanan medis dan keperawatan dr. Ni Nyoman Astriningsih tegas menjamin protokol kesehatan di rumah sakit dilakukan dengan ketat bahkan berlapis. Sehingga masyarakat yang ingin berobat tidak perlu merasa khawatir ataupun cemas lagi.
Bahkan untuk protokol kesehatan ini sudah dilakukan pasca mewabahnya COVID19, mulai dari screening di pintu masuk rumah sakit seperti pengecekan suhu tubuh dan cuci tangan, penataan ruangan front office diberi sekat untuk tidak bersentuhan langsung, dan petugas yang telah dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD) mulai dari level 1 sampai dengan level 3 disesuaikan dengan beban tugas mereka masing-masing. “Kami juga ada Poli Screening. Di sini pasien yang baru masuk dan akan rawat inap dilakukan rapid test terlebih dahulu, jika hasilnya reaktif maka pasien bersangkutan akan dirujuk ke RS rujukan, yakni di RSUD Tabanan atau di UPTD RS Nyitdah, karena kami bukan rumah sakit rujukan,” terangnya.
Meski demikian pihaknya juga telah menyediakan ruang isolasi dengan 7 tempat tidur, untuk mengantisipasi lonjakan pasien reaktif di Poli Screening. Tentunya lokasinya terpisah dengan ruang rawat inap pasien umum lengkap dengan petugas ber APD sesuai dengan level yang dibutuhkan.
“Jujur saja penemuan kasus reaktif di rumah sakit kami sangat tinggi, karena kami menjalankan SOP dan protokol kesehatan yang ada. Jika ada yang reaktif kami langsung koordinasi dengan Gugus Tugas dan merujuk pasien tersebut ke RS rujukan COVID, jadi tidak sampai masuk ke areal dalam di ruangan rawat inap rumah sakit,” ujarnya.
Dan yang perlu dipahami, lanjutnya, hasil reaktif pada rapid test belum tentu positif COVID-19 sebelum pasien dilakukan swab test “Reaktif kebanyakan karena kasus infeksi,” terangnya.
Dan terkait kasus yang sebelumnya terjadi akibat ada protokol yang dilanggar karena menggunakan power bargaining, manajemen Wisma Prashanti juga sudah berkoordinasi dengan GTPP COVID-19 Tabanan. Dalam pertemuan tersebut, Ketua Harian GTPP Tabanan yang juga selaku ketua Sekda Tabanan bahkan mengatakan tidak segan akan menurunkan Satpol PP jika ada lagi pihak-pihak yang melanggar SOP ataupun protokol kesehatan alias ‘memengkung’.
Sementara itu ditambahkan oleh Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan dr. Ni Nyoman Astriningsih, menindaklanjuti kasus yang terjadi sebelumnya, pihaknya sudah langsung melakukan rapid test massal. Dari 200 tenaga kesehatan dan karyawan hasilnya nonreakltif. “Kami juga melakukan tracking pencarian kronologis, didapatkan 60 orang kontak erat terhadap pasien ini, dan sudah dilakukan swab, benar ditemukan 3 orang tenaga kesehatan terkonfirmasi positif. Karena tenaga medis memang memiliki risiko tinggi terpapar, namun mereka dalam kondisi stabil tanpa gejala. Ketiganya sudah diisolasi di RS rujukan dan hasil swab sudah kami terima semua negatif,” ucapnya.
Dan dari pantauan di rumah sakit, sejumlah pasien pun mengaku tidak khawatir untuk tetap berobat ke RS Wisma Prashanti. Mereka meyakini, protokol kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit sudah sangat ketat.
Terkait kewaspadaan terhadap penyebaran virus COVID-19, mereka sudah melakukan anjuran pemerintah dan pihak rumah sakit seperti cuci tangan dan menggunakan masker serta penerapan social distancing. (Puspawati/balipost)