SEMARAPURA, BALIPOST.com – Di tengah pandemi COVID-19, penyebaran penyakit demam berdarah juga tak kalah berbahaya. Satu pasien yang terjangkit DB dinyatakan meninggal pada Kamis (25/6) siang.
Dia sempat bolak-balik ke RSUD Klungkung untuk memperoleh perawatan. Namun, terakhir kondisinya sudah lemah dan terguncang (shock), sehingga ia menghembuskan napas terakhirnya.
Perihal meninggalnya pasien DB berumur 27 tahun ini, dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Klungkung, dr. Ni Made Adi Suapatni, saat dihubungi Jumat (26/6). Sebagaimana laporan dari petugas kesehatan kepadanya, pasien ini berasal dari Banjar Jero Kapal, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung.
Sesuai dengan riwayat perjalanan penanganannya, dia sudah mengeluh panas tinggi hingga sakit pinggang sejak 22 Juni lalu. Sehinggga, keesokkan harinya pada 23 Juni dia datang langsung ke RSUD Klungkung untuk memperoleh perawatan.
Saat itu, setelah penanganan pasien langsung diperbolehkan pulang dan diberikan obat. Namun, kondisi pasien semakin memburuk. Selain panas tinggi, dia juga mulai merasa mual hingga muntah-muntah.
Pihak keluarganya memutuskan untuk kembali ke rumah sakit, untuk mendapat perawatan lebih serius. Pihak rumah sakit juga sempat menyarankan agar pasien menjalani rawat inap.
Namun, pihak keluarga saat itu dikatakan menolaknya. Sehingga, pasien dengan kondisi kian memburuk kembali dibawa pulang.
Kondisi pasien ini pun tak kunjung membaik. Justru ia mulai terlihat sangat lemah dan shock. Pihak keluarganya akhirnya kembali membawanya ke rumah sakit untuk menjalani tindakan medis serius pada Rabu (24/6) malam.
Namun, semuanya sudah terlambat. Pasien meninggal pada Kamis (25/6). Sesuai diagnosa dokter, dia terjangkit demam berdarah.
Direktur RSUD Klungkung dr. Nyoman Kesuma, mengatakan pasien tersebut diketahui bernisial KNW. Saat masuk RSUD Klungkung dia mengakui pasien sudah dalam kondisi shock.
Itu sebagai dampak dari demam berdarah yang sudah parah. Saat itu, dia langsung diarahkan ke Ruang ICU RSUD Klungkung. Pasien juga nampak sulit dimasukkan infus, karena kegemukkan dengan akses vena yang sudah kolaps.
Kondisi kesehatannya terus memburuk, hingga pukul 12.00 wita dengan tingkat kesadaran yang terus menurun. “Waktu itu sudah dilakukan tindakan intubasi dan pemasangan ventilator. Kondisinya kesadarannya terus menurun. Pukul 14.04 pasien meninggal dunia,” terang dr. Kesuma. (Bagiarta/balipost)