LOS ANGELES, BALIPOST.com – Amerika Serikat (AS) agaknya belum mengalami tren penurunan kasus positif COVID-19. Negara yang paling parah terdampak pandemi ini telah memiliki 2,5 juta kasus.
Dikutip dari AFP, upaya agar ekonomi nomor satu dunia ini kembali beroperasi agaknya terhalang dengan meningkatnya kembali kasus di Florida dan California.
Presiden Donald Trump berada di bawah tekanan untuk memberikan contoh penggunaan masker seiring pejabat Kesehatan AS memperingatkan bahwa “pintu sudah tertutup” bagi negara itu untuk mengambil kendali dari situasi ini.
California merupakan negara bagian terakhir yang kembali memberlakukan karantina dan pembatasan, memerintahkan bar di Los Angeles (LA) dan enam wilayah lainnya, dengan total 13,5 juta penduduk, untuk tutup karena adanya peningkatan kasus.
Wilayah di AS yang paling parah terdampak adalah Selatan dan Barat. Wilayah yang pimpinan negara bagiannya melakukan pembukaan sektor ekonomi lebih awal.
Namun, LA, kota terbesar kedua di AS, baru saja membuka kembali bar pada 19 Juni. California juga telah kembali memerintahkan sejumlah area untuk memberlakukan kebijakan diam di rumah. Sedangkan San Fransisco mengumumkan “penghentian sementara” upaya pembukaan kembali wilayah itu.
Di Florida, Gubernur Ron DeSantis menyatakan bahwa telah ada ledakan kasus baru. Negara bagian itu melaporkan 9.585 kasus dalam 24 jam terakhir.
Generasi muda yang mulai frustrasi setelah adanya karantina selama berbulan-bulan kembali ke pantai, jalanan, dan bar, sering tanpa menggunakan masker dan kelihatannya tidak peduli dengan upaya menjaga jarak.
Miami mengumumkan bahwa pantai akan tutup pada perayaan Hari Kemerdekaan AS, 4 Juli. Bar juga akan ditutup.
Kasus baru COVID-19 telah mengalami peningkatan di setengah negara-negara bagian AS, mencapai rekornya tertinggi. Jumlah kasus kematian di AS kini melampaui 125 ribu jiwa, seperempat dari jumlah total kasus meninggal di dunia. (Diah Dewi/balipost)