Desa adat Pekandelan Sad Khayangan Jagat Bali Pura Luhur Batukau mengeluarkan surat edaran penghentian pendakian ke puncak Gunung Batukau. (BP/Bit)

TABANAN, BALIPOST.com – Desa adat Pekandelan Sad Khayangan Jagat Bali Pura Luhur Batukau menghentikan sementara kegiatan pendakian ke puncak Gunung Batukau. Keputusan ini dikuatkan dengan surat edaran dari desa adat setempat.

Bendesa Adat Wangaya Gede sekaligus Ketua Umum Pura Batukaru I Ketut Sucipto, membenarkan adanya surat edaran mengenai penghentian sementara pendakian Gunung Batukaru, Selasa (30/6). Tidak hanya itu, pihaknya kali ini lebih selektif lagi mengijinkan pemedek tangkil ke Pura Pucak Kedaton.

Ini dilakukan lantaran banyak pendaki awalnya mengatakan berniat untuk melakukan persembahyangan, namun kenyataannya justru lebih banyak kegiatan refreshing. Menurutnya, penutupan yang dilakukan dengan pertimbangan sejumlah pendaki ke Pura Batukaru tidak memiliki rasa menjaga kelestarian lingkungan.

Baca juga:  24 Desember, Diperkirakan Puncak Arus Mudik libur Natal

Banyak yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, pihaknya sudah banyak mengeluarkan dana untuk pengangkutan sampah.

Selama ini agar lingkungan hutan Batukaru terbebas dari sampah khususnya sampah plastik, karang taruna dan sekaha teruna di Desa Wangaya Gede tiap minggu naik memungut sampah. “Karena jarak jauh, medan sangat berat tidak mungkin terus memungut sampah,” beber Sucipto.

Selain itu, jalur menuju Pucak Gunung Batukau yakni jalur Bangkiang Jaran juga nyaris putus, dan tentunya dikhawatirkan jika sering dilintasi akan putus total dan aktivitas upacara yang akan dilakukan di Pura Pucak Kedaton terganggu.

Baca juga:  Wisata Ijen Ditutup Malam Hari, Ini Sebabnya

“Jadi yang mengaku hendak sembahyang kita tanyakan betul. Bagi yang hendak mesesangi (bayar kaul), dan nunas tirta ke Pura Pucak Kedaton baru dikasi. Kalau yang hanya tujuan sembahyang tapi ternyata refreshing sementara tidak diperbolehkan,” tegasnya.

Sucipto menegaskan penghentian aktivitas pendakian bukan bermaksud egois. Namun lebih mempertimbangkan menjaga kelestarian lingkungan. Jika di hulu kotor maka akan berimbas pada umat seluruh Bali bukan Tabanan saja. Mengingat Pura Batukaru adalah sumber penghidupan umat seluruh Bali. Terlebih ini sampah plastik sangat berdampak untuk kedepanya.

Baca juga:  Ogoh-ogoh Nyaris Dibakar, Ini Gara-garanya

Sucipto menegaskan selama Covid-19 ini banyak memang pemedek yang hendak mendaki untuk sembahyang. Per hari bisa saja mencapai 50 orang. Bahkan mereka yang mendaki juga menitipkan kendaraan di areal parkir. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *