DENPASAR, BALIPOST.com – Tuan rumah PON XX tahun 2021 Papua, serta Banten, merupakan ancaman serius bagi Kontingen Bali, pada hajatan multievent empat tahunan antarprovinsi se-Indonesia. Maklum, prestasi Bali pada PON XIX di Jabar 2016 meraup 20 emas, 21 perak dan 35 perunggu, yang menduduki peringkat keenam.
Sementara, Papua menduduki urutan kedelapan, dengan perolehan 18 emas, 18 perak dan 32 perunggu. Sementara, Banten bercokol di peringkat ke-13, dengan perolehan 11 emas, 10 perak dan 26 perunggu.
Ketua Umum KONI Bali, Ketut Suwandi, di Denpasar, Selasa (30/6) mengakui, Papua merupakan ancaman serius bagi Bali. Di sisi lain, Banten pada PON XVIII di Riau 2012, Banten bertengger di urutan ke-21, sedangkan Bali pada PON di Riau menghuni peringkat kesembilan.
Oleh sebab itu, Suwandi menegaskan kepada para pelatih cabor, agar mengukur prestasi atlet provinsi lain, kemudian membandingkan dengan prestasi atlet asuhannya. “Jadi, pelatih harus punya daya sport intelegence, berikut strategi yang tajam,” pesan Suwandi.
Apalagi, tuan rumah Papua diprediksi perolehan medali bakal melimpah hingga mengatrol posisinya. Pada bagian lain, kata Suwandi, lokasi Provinsi Banten yang berdekatan dengan DKI dan Jabar.
Otomatis prestasi atlet Banten tolok ukurnya atlet DKI dan Jabar. “Bali tidak boleh pesimis, yang penting pelatih berikut atlet tetap getol berlatih, seraya mengukur prestasi pesaingnya di kelas masing-masing,” ungkap Suwandi.
Untuk itu, program latihan termasuk try in dan try out tetap diperlukan, guna mengukur sejauh mana prestasi atlet asuhannya, apakah mengalami kemajuan, stagnan, atau justru merosot.
Ia mengakui, situasi pandemi COVID-19 ini serba tak menentu. Para atlet hanya berlatih dan bertanding secara virtual, itupun khusus bagi nomor peragaan jurus atau kerapian teknik. “Namun, untuk yang nomor tarung atau laga pada cabor beladiri, tentunya latihan saja sangat sulit, sebab harus menjaga jarak demi protokol kesehatan,” papar dia.
Yang membanggakan, menurut Suwandi, Bali selain mengandalkan cabor yang dipertandingkan di Olimpiade, juga harus mengandalkan cabor yang non-olimpiade, seperti cricket, tarung derajat dan silat. Selain itu, yang perlu diwaspadai prestasi Banten yang meroket, karena anggaran yang berlimpah, ditambah geliat pembangunan infrastruktur olahraga. “Saya tetap mengapresiasi atlet dan pelatih Bali yang terus menggulirkan Pelatda,” terang dia. (Daniel Fajry/balipost)