AMLAPURA, BALIPOST.com – Saat ini layang-layang banyak diburu oleh masyarakat. Momen itupun dimanfaatkan oleh sejumlah perajin untuk mendapatkan penghasilan selama pandemi COVID-19. Seperti yang dilakoni pembuat sarana upacara, Ida Ketut Santosa. Lantaran permintaan upakara menurun, pria asal Bebandem ini beralih membuat layang-layang.
Ida Ketut Santosa, Kamis (2/7), mengungkapkan, profesi membuat layang-layang ini telah dilakoni sejak dua bulan lalu. Dirinya memilih membuat layang-layang karena kebetulan saat ini musim bermain layang-layang disamping kondisi belakangan ini permintaan sarana upacara ngaben semakin menurun. “Ini sifatnya sementara. Nanti kalau situasi normal, kembali ke usaha awal,” ucapnya.
Santosa mengatakan, kondisi ini disebabkan pandemi COVID-19. Guna mencegah penyebaran virus, aktivitas masyarakat dibatasi, termasuk adanya larangan mengadakan acara yang menimbulkan keramaian. “Karena COVID-19 ini kegiatan upacara ngaben sepi. Tak ada permintaan sama sekali sehingga tidak ada pekerjaan. Makanya, buat layang-layang untuk dijual biar ada pemasukan,” katanya.
Dirinya setiap harinya lumayan mendapatkan orderan untuk membuat layang-layang maupun melukis. Sehari bisa menerima pesanan 5 hingga 6 buah. Pesanan datang dari Bebandem, Sibetan, Bungaya, dan Desa Buana Giri, serta Jungutan. Ada juga beberapa dari Kecamatan Selat datang untuk melukis layangan.
“Pesanan layang paling banyak diburu yakni bergambar burung hantu, serta celuluk. Harga layangan per lembar bervariasi, tergantung ukuran. Seandainya layangan berukuran sekitar 1 meter, harga bisa Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Sedangkan 2 meter bisa di atas Rp 200 ribu. “Per hari bisa dapat penghasilan sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 600 ribu. Cukup untuk penuhi kebutuhan seharinya,” jelas Santosa. (Eka Parananda/balipost)