Seorang WNA sedang duduk melihat suasana di Pantai Semawang, Denpasar, Kamis (2/7). (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Kalangan pariwisata mendesak agar Bali segera membuka sektor pariwisata. Namun, mengingat angka kasus COVID-19 Bali terus naik, sebaiknya Bali fokus pada penanganan transmisi lokal.

Hal itu diungkapkan pakar kesehatan masyarakat internasional, I ketut swarjana, SKM, M.PH., Dr.PH., Kamis (2/7) karena Ro Bali belum di bawah angka 1 harusnya belum saatnya membuka sektor yang berisiko tinggi menjadi klaster.

Dia mengungkapkan secara konsep, sebenarnya dengan R naught atau Ro yang = 1 atau di atas belum saatnya melonggarkan apalagi membuka pariwisata di saat transmisi lokal masih sedang tinggi. Untuk itu, Gubernur Bali, Wayan Koster mesti mengedepankan penyelamatan nyawa krama Bali ketimbang membuka sektor pariwisata.

Baca juga:  Tambahan Kasus COVID-19 Bali Sudah di Bawah 1.000, Korban Jiwa Masih Puluhan

Jika Wisatawan Mancanegara (Wisman) wajib mengantongi hasil swab, menurutnya idealnya memang swab atau PCR bukan rapid test. Karena rapid tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa COVID-19 dan akurasinya tidak 100 persen.

Ia mengatakan sebaiknya pemerintah fokus dengan pencegahan dan penanganan COVID-19 di internal Bali dulu sampai betul-betul kasus baru turun drastis atau Ro<1 selama 2 minggu berturut-turut. Sebaiknya, didik masyarakat tentang new normal sebelum memberlakukannya.

Karena di lapangan banyak masyarakat yang tidak pakai masker dan banyak berkerumun dan berpotensi terjadi penularan. Dia menyarankan Pemprov Bali segera dilakukan rapid test atau swab ke tempat seperti pedagang pasar, toko-toko atau warung besar yang banyak konsumennya.

Baca juga:  Ini, 5 Besar Kelompok Umur Terbanyak Sumbang Kasus COVID-19 Harian

Kemudian diberlakukan sanksi tegas untuk orang yang tak pakai masker di luar rumah. Sanksi berupa denda misalnya minimal 500 ribu atau Rp 1 juta.

Pengawasannya dilakukan oleh aparat keamanan dan juga pecalang sehingga pemerintah bersama legislatif perlu segera membuat aturannya sehingga semua masyarakat patuh terhadap aturan tersebut. Hanya langkah tegas yang mampu mengefektifkan pencegahan penularan karena tracing karena adanya kasus positif COVID-19.

Sementara yang belum dites padahal positif tetapi terus menularkan ke yang lain. Selanjutnya diberlakukan dan edukasi terus masyarakat dengan istilah 3M: memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.

Selain itu, Swarjana menyarankan gencarkan pemakaian face shield terutama bagi pedagang dan orang-orang melayani publik seperti bank, rumah sakit, dan lainnya. Ia mengatakan kalaupun hasil swab diterapkan 14 hari boleh-boleh saja harus diimbangi dengan protokol lebih ketat. “Kita tak ingin terjadi klaster baru,” tegasnya.

Baca juga:  Dari Tambahan Kasus COVID-19 Bali Hampir 1.800 Orang hingga Kasus Omicron Tinggi di Bali

Ia menambahkan saat ini kasus COVID-19 makin memberatkan Bali, terutama tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas. Ia pun meminta dipikirkan dengan bijak keselamatan tenaga kesehatan yang sudah beberapa orang terpapar, baik di RS maupun Puskesmas.

Sebab makin banyak kasus, makin memberatkan mereka. Akibatnya mereka stress dan tak cukup waktu istirahat yang bisa menurunkan imun mereka. (Sueca/balipost)

BAGIKAN

5 KOMENTAR

  1. Kalau penanganan covid ini selalu dikaitkan dengan target unt membuka pariwisata, maka niscaya penanganan tdk akan efektif bahkan kasus akan cenderung naik.. unt itu kesampingkan sejenak dunia pariwisata dan fokus dlm penanganan kovid tanpa dikaitkan pariwisata…apabila kasus menurun, maka pariwisata akan menggeliat seiring penurunan kasus…mohon pelaku pariwisata jangan terus mendesak apalagi menuntut hak…mari jeda sejenak unt ikut berpartisipasi sehingga dapat kembali maju.

  2. Tolong bantu kami untuk hidup apabila kalian menutup mata pencaharian kami secapa terpaksa maupun tidak. Jangan kalian terus meminta kami untuk mengerti. Kalau bukan covid yg membunuh kami, maka kelaparan yg membunuh kami. Kami juga butuh lapangan pekerjaan untuk menghidupi keluarga kami.

  3. Kita harus pertimbangkan hal2 sbb:

    – Apakah orang2 berani berlibur ke negara lain dgn mengabaikan resiko penularan?
    – Kalangan menengah akan lbh hati2 dgn biaya pengeluaran, dan liburan jauh tdk akan diutamakan dlm waktu dkt. Karena dlm masa Covid banyak yg hidup tanpa income dan memakai tabungan mrk, lagi situasi ekonomi global masih kacau begini, semua orang jaga2 biaya pengeluaran.
    – Apakah negara lain akan buka perbatasan dan mengizinkan penduduk mrk keluar negara ?
    – Apakah negara lain tdk akan terbit Travel Ban ke negara yg masih high risk dgn peningkatan Covid yg laju?
    – Jangan sampai turis tertular Covid di pulau kita dan meninggal – ini akan menjadi berita internasional – pariwisata Bali akan terpukul lagi.

  4. Sebaiknya lebih fokus ke pengawasan protokol kesehatan mengingat kasus Covid-19 di Bali naik terus dari pada buru-buru membuka kembali sektor Pariwisata. Baik wisatawan nusantara maupun mancanegara berpikir panjang untuk melakukan kegiatan liburan saat ini terutama ke daerah, dimana kasus Covid-19 terus meningkat.

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *