DENPASAR, BALIPOST.com – Di tengah kontraksi pertumbuhan yang dialami Bali pada triwulan I 2020, sektor properti mampu tumbuh positif yaitu 3,02 persen. Hanya, kontribusinya kecil terhadap PDRB Bali yaitu 4,1 persen.
Meski demikian turunan sektor properti meliputi 125 sektor usaha dinilai mampu menggerakkan ekonomi. “Di negara maju, sektor properti menjadi penggerak. Dimana sektor properti maju maka pertumbuhan ekonomi juga maju, karena rentetannya sangat banyak,” jelas Kepala BI KPw Bali Trisno Nugroho didampingi Deputi Kepala BI KPw Bali Rizki E.Wimanda, Jumat (3/7) dalam zoom meeting terkait Survei Bicara Perkembangan Sektor Properti di Bali.
Properti menggerakkan berbagai sektor, seperti manufaktur, perbankan, serapan tenaga kerja hingga daya beli. Sektor properti istimewa karena Bali tulang punggungnya pariwisata dan pariwisata tidak bisa dilepaskan dari sektor ini.
Dalam survei harga properti yang dilaksanakan Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali, harga properti residensial masih menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan I 2020 yaitu tumbuh 0,22 persen (yoy), tumbuh 0,13 persen (qtq). Kinerja penjualan properti residensial di Denpasar juga masih cukup baik, yakni menunjukkan peningkatan dari penjualan triwulan IV 2019 dengan peningkatan penjualan untuk rumah tipe besar. “Metode penjualan mayoritas memanfaatkan fasilitas KPR yaitu sekitar 50 persen,” ungkapnya.
Jumlah penjualan rumah pada triwulan I 2020 sebanyak 68 unit, mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2019 dengan penjualan rumah sebanyak 83 unit.
Sementara itu, perkembangan harga properti residensial pasar sekunder untuk wilayah Denpasar dan Kuta Selatan menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga dalam beberapa waktu terakhir. Penyebaran COVID-19 sejak triwulan I 2020 turut menyumbang perlambatan harga yang lebih dalam.
Perkembangan harga rumah tipe menengan pada triwulan I 2020 tumbuh melambat 0,68 persen (yoy) dan tumbuh melambat 0,22 persen (qtq). Demikian juga tipe rumah besar mengalami perlambatan pertumbuhan harga 0,86 persen (yoy) dan 0,13 persen (qtq).
Perkembangan harga tanah juga melambat baik tiper menengah maupun besar dan baik secara yoy maupun qtq. Harga properti komersial pada triwulan I 2020 juga mengalami perlambatan dengan level yang lebih dalam dari nasional.
Perlambatan tersebut terutama berasal dari penurunan biaya sewa untuk hotel dan apartemen. Sementara suplai properti komersial di Denpasar relatif stabil sejak triwulan IV 2019. (Citta Maya/balipost)