DENPASAR, BALIPOST.com – Menjelang beberapa kegiatan ekonomi di Bali akan dibuka 9 Juli nanti, Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) Bali bersama stakeholder lain dan pemerintah mengecek kesiapan Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang ada di Bali. Beberapa kali turun, Ketua PUTRI Bali Inda Trimafo Yudha kaget dengan persiapan yang dilakukan DTW – DTW.
Ditemui Senin (6/7), Inda Trimafo menuturkan, protokol kesehatan telah disiapkan oleh kalangan pariwisata khususnya tempat – tempt wisata. DPD PUTRI Bali berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Bali dan kabupaten/kota se-Bali beberapa minggu lalu telah membentuk tim verifikasi yang salah satu unsurnya adalah anggota dari PUTRI Bali. “Tim ini memverifikasi membernya untuk mengecek kesiapan apakah sudah mengimplementasi protokol itu, lalu memberikan sertifikat,” tuturnya.
Dikatakan, telah ada protokol – protokol atau protap tertulis yang harus dipenuhi oleh tempat wisata. “Verifikasi ini tidak sembarangan, kita minta anggotanya juga sebagai trainer on training (ToT). Setelah dua ditraining lewat zoom, mereka turun ke lapangan dan itu sudah kita lakukan,” ujarnya.
Bersama Ketua GIPI (BTB) dan tim verifikasi yang sudah ditraining, Minggu (5/7) juga telah turun ke beberapa spot DTW yang ada di Karangasem. “Dan sangat mengagetkan betapa siapnya mereka, seperti Taman Ujung, Tirta Gangga, Puri Agung Karangasem, Taman Edelweis, mereka siap sekali mulai dari faceshield, transaksi pembayaran dengan barcode, makanya tinggal buka saja, ” ungkapnya sambil menyebut meskipun sudah di verifikasi dan dinyatakan sudah siap, namun diakui ada catatan – catatan kecil.
Jika nanti Bali telah dibuka, semua tempat wisata boleh buka asalkan mereka siap dengan protokol kesehatan. Dengan dibuka sebagian, pasar yang akan digarap PUTRI Bali adalah masyarakat lokal, ekspatriat, tamu – tamu mancanegara yang memang masih di Bali. Ia berharap sampai akhir Juli, masyarakat sudah bisa melakukan plesiran atau saling mengunjungi satu tempat wisata dengan tempat wisata lain.
“Itupun kita merubah total struktur harga, fasilitas. Misalnya yang biasanya jual Rp 500 ribu, mungkin sekarang Rp 50.000. Jadi ada diskon besar – besaran, karena kita tidak boleh muluk – muluk siapa yang akan datang,” bebernya.
Tidak dipungkiri pendapatan pelaku usaha dan pekerja di bidang pariwisata sangat dramatis drop. Tapi ia melihat ada unsur para pekerja lain seperti ASN, pekerja rumah sakit, toko – toko dan mereka kebutuhan manusiawi untuk berjalan – jalan dengan kemampuannya masing – masing. “Jadi kita harus beradaptasi, adaptif dengan situasi market yang ada,” imbuhnya.
Meskipun dibukanya tempat wisata dengan harga yang jauh lebih rendah sehingga tidak mampu menutup biaya operasional namun menurutnya itu lebih bagus daripada nol atau ditutup. “Kita para pengusaha belum tentu dengan buka, kita tidak minus. Kita mungkin akan lebih berat tapi paling tidak, mau tidak mau membutuhkan staff kita untuk join kembali dan itu fisiologisnya sangat baik,” sebutnya. (Citta Maya/Balipost)