Ni Kadek Sinarwati. (BP/Istimewa)

Oleh Ni Kadek Sinarwati

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan badan usaha yang hadir sebagai salah satu “pemberi harapan baru” bagi peningkatan perekonomian di desa. BUMDes di Desa Ponggok Klaten, Jawa Tengah, misalnya, telah berhasil menjadi penggerak ekonomi desa dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes Panggung Lestari di Panggung Harjo telah berdampak sosial karena telah menyulap sampah menjadi berkah.

BUMDes di Desa Tebara Kabupaten Sumbawa telah membangkitkan perekonomian warga desa dan mengentaskan kemiskinan. BUMDes Desa Kutuh merupakan contoh BUMDes sukses lainnya yang terdapat di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. BUMDes ini membelah bukit kapur untuk membuka akses jalan ke pantai, sehingga keindahan Pantai Pandawa dinikmati wisatawan yang tentu saja berdampak pada penyerapan tenaga kerja di daerahnya.

Namun, pandemi Covid-19 telah menerjang seluruh sendi kehidupan, sehingga roda perekonomian pun lumpuh dan pengangguran tidak terelakkan. Tidak terkecuali atas dampak Covid-19, BUMDes khususnya yang bergerak di sektor pariwisata juga mengalami dampak buruknya. Tidak mau berlama-lama hanyut dalam duka meratapi nestapa, kini BUMDes mulai bangkit dan berbenah menunjukkan kontribusi membangun negeri.

Baca juga:  Dana Desa dan Perilaku Disfungsional

Melalui kegiatan webinar dengan tajuk ‘’BUMDes Reborn’’ diketahui upaya-upaya yang telah dilakukan BUMDes, yang dikoordinir oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal, di antaranya adalah BUMDes Iyya Tekki di Desa Tebara meningkatkan inovasi desa dengan mempersiapkan desa wisata, mengaktifkan kembali pegadaian, lumbung dan pasar desa.

BUMDes Desa Kutuh sudah berbenah menata kembali kawasan Pantai Pandawa dan mempersiapkan sarana pencegahan penularan Covid-19 seperti hand sanitizer, tempat pencuci tangan, ambulans dan sarana lainnya yang telah dikoordinasikan dengan satuan tugas penanggulangan Covid-19 dan pihak terkait lainnya.

Baca juga:  Sidang Korupsi BUMDes, Terungkap Uang Digunakan Berobat Ayah

Beberapa BUMDes di Jawa bahkan telah menyesuaikan bidang usahanya dengan melakukan usaha jasa penghubung antara produsen produk pertanian dan peternakan dengan konsumen pemakai produk pertanian yang terdapat di desa setempat. Mengacu pada pernyataan Profesor Gunawan Sumodininggrat, Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Gajah Mada, yang menyatakan bahwa era new normal merupakan momentum bagi kebangkitan ekonomi kerakyatan, perekonomian yang dilakukan oleh rakyat, dan untuk rakyat. Jika masyarakat desa mampu menanam apa yang dimakan dan memakan apa yang ditanam, maka bersama BUMDes akan terserap semua tenaga kerja yang ada di desa.

Jadi, langkah berbenah yang dilakukan BUMDes patut didukung. Hendaknya BUMDes tidak berjalan sendiri, bergandengan tangan dengan perguruan tinggi dan komunitas yang ada di desa seperti karang taruna, kelompok PKK dan perkumpulan lainnya yang terdapat di desa, idealnya akan mempermulus jalan BUMDes sebagai lembaga ekonomi desa yang dimiliki oleh masyarakat desa, berjuang bersama dan untuk masyarakat desa.

Baca juga:  Mandiri Kelola Potensi, BUMDes Ponggok Mampu Hasilkan Rp 16 Miliar Setahun

Perjuangan nyata yang dapat dilakukan BUMDes di era new normal adalah mengurangi pengangguran di desa. Optimalisasi BUMDes juga diharapkan benar-benar menjadi penggerak ekonomi kerakyatan dan menjadi salah satu pilar ekonomi pedesaan. Tampaknya, ke depan ketika pekerjaan di kota menyusut, dan pertanian menjadi alternatif, BUMDes haruslah dioptimalkan perannya. Manajemen pengelolan BUMDes juga perlu ditingkatkan.  Dengan demikian BUMDes akan memberikan dampak positif di bidang ekonomi dan sosial bagi masyarakat desa.

Penulis, dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *