Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jembrana, Rahmat Prasetia. (BP/Olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Hari Tanpa Hujan pada musim kemarau tahun ini diprediksi lebih lama dibandingkan hujan. Kondisi tersebut berpotensi berdampak pada kekeringan dan krisis air di sejumlah wilayah. Namun, masih ada potensi hujan yang terjadi setiap bulannya. Dalam kondisi ini, sering ada perubahan suhu yang ekstrem. Dimana pada malam dan pagi hari suhu dingin dan di siang hari panas.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jembrana Rakhmat Prasetia kepada wartawan mengungkapkan bahwa suhu yang cepat berubah ini menurutnya sudah masuk musim kemarau. Berdasarkan pengamatan cuaca dalam beberapa bulan terakhir, perubahan suhu ini akan terjadi sepanjang musim kemarau dan puncaknya di bulan Agustus.

Baca juga:  "All You Can Eat" dengan Konsep Memanggang di Atas Meja Makin Digemari

Dari pengamatan, hujan intensitas ringan hingga sedang masih akan terjadi di wilayah Bali tengah. Meskipun tidak setiap hari dan lebih lama kering. “Tetapi dalam waktu satu bulan atau kurun waktu tertentu masih terjadi hujan,” terang Rahmat.

Kondisi ini menurutnya berbeda dengan musim kemarau tahun lalu yang berlangsung cukup lama dan sama sekali tidak ada hujan hingga akhir tahun.

Dengan kondisi masih adanya potensi hujan di waktu tertentu ini mendukung sektor pertanian. Hal tersebut terkait suplai air untuk pertanian. Tetapi pengelolaan menurutnya juga harus tepat. Karena selain masih adanya hujan, potensi angin kencang terjadi terutama di wilayah pesisir. (Surya Dharma/Balipost)

Baca juga:  Ekonomi Mengendurkan Krisis
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *