Wabup Suiasa didampingi Kadiskes Nyoman Gunarta dan Perbekel Punggul Kadek Sukarma melakukan presentasi program Garbasari dari Ruang Command Centre Puspem Badung, Senin (13/7). (BP/adv)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa didampingi Kadis Kesehatan dr. Nyoman Gunarta dan Perbekel Punggul Kadek Sukarma melakukan presentasi program Garbasari secara daring di hadapan Tim Panelis Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tahun 2020. Kompetisi ini diselenggarakan Kemenpan RB dari Ruang Command Centre Puspem Badung, Senin (13/7).

Dihadapan Tim Panelis, Wabup Suiasa memaparkan Gerakan Badung Sehat 1.000 Hari Pertama Kehidupan (Garbasari) adalah bentuk inovasi Pemkab Badung dalam upaya mendukung kebijakan pencegahan stunting yang telah ditetapkan Presiden Joko Widodo. Garbasari merupakan suatu gerakan yang sinergis dan berkelanjutan yang melibatkan unsur masyarakat dan pemerintah dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

“Garbasari memiliki pengertian yang mengakomodir kearifan lokal Bali, dimana GARBA memiliki arti kandungan dan SARI memiliki arti inti/benih kehidupan. Sehingga secara filosofi Garbasari merupakan upaya pemeliharaan sumber kehidupan mulai dari dalam kandungan sebagai upaya pencegahan stunting,” papar Suiasa.

Baca juga:  Wabup Suiasa Buka Muscab IX Gapensi Badung

Lebih lanjut Suiasa menambahkan Garbasari hadir sebagai solusi inovatif dari prevalensi stunting yang mencapai 25,24 % pada tahun 2018 dan adanya keterbatasan tenaga kesehatan untuk menggerakkan seluruh elemen masyarakat serta dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terkait dampak stunting bagi kehidupan. Garbasari dalam implementasinya melalui pendekatan budaya lokal, dimana secara filosofi khususnya di Bali memiliki peran yang sangat strategis dalam rangka menggerakkan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Dikatakan Garbasari diinisiasi pada Agustus 2018, dipersiapkan pada Januari sampai April 2019 dan dicanangkan oleh Bupati Badung pada tanggal 10 Mei 2019 di Desa Kekeran. Dalam pelaksanaanya, Sinergitas OPD dan Pemerintahan Desa (Pemdes) dalam mendukung Garbasari tercermin dalam tergabungnya lintas OPD dan Pemdes dalam Tim Terpadu Penanggulangan Stunting Kabupaten Badung sesuai dengan Tupoksi masing-masing.

Baca juga:  Cegah Buang Sampah Sembarang, DLH Lakukan Ini

“Dampak serta pencapaian pasca pencanangan Garbasari adalah partisipasi desa meningkat 69,35 %, serta terjadi peningkatan peran OPD sesuai tugas dan fungsinya di Kabupaten Badung,” tambahnya.

Garbasari, menurut Suiasa, sangat mudah di replikasi oleh daerah lainnya karena memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat berbasis budaya lokal. “Pengembangan Garbasari berbasis IT yang dilaksanakan oleh Desa Punggul melalui SIGARPU telah direplikasi oleh 16 Desa di Kabupaten Gianyar, 6 Desa di Kabupaten Jembrana dan 4 Desa di Kabupaten Tabanan,” tegasnya.

Baca juga:  Badung Awasi Lonjakan Harga Pangan Jelang Lebaran

Sementara itu Kadiskes dr. Nyoman Gunarta mengatakan Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional.

Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.

“Tujuan dari Garbasari adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam melakukan fasilitasi, advokasi termasuk partisipasi dalam mencegah stunting, serta mewujudkan sinergitas dan meningkatkan efisiensi anggaran dengan upaya cross cutting program antar OPD,” jelas mantan Dirut RSD Mangusada ini.(Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *