Dari kiri ke kanan Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Informasi Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., M.Hum, Ketua Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) I Wayan Karmayasa, Rektor Unud Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Dr. Drh. I Nengah Kerta Besung, M.Si., usai penandatanganan MOU, Selasa (14/7). (BP/edi)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) bersama dengan Universitas Udayana dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) melakukan Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama. Yakni terkait penelitian vaksin dan serum penyakit Babi.

Ditemui usai penandatanganan MOU, Rektor Unud Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K), mengatakan, terkait mou antara Unud khususnya Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)atas penelitian bersama PHMI ini, merupakan hilirisasi produk hasil penelitian oleh peneliti Unud khususnya di FK Hewan. “Nanti akan dilakukan uji terhadap produk dari hasil penelitian ini,” katanya.

Melalui MOU ini, pihaknya berharap kerjasama seperti ini bisa terus berlanjut. Terutama untuk mengatasi permaslahan besar yang dihadapi peternak yakni kematian babi yang dialami peternak akibat penyakit ASF. “Dengan kerjasama ini, mudah-mudahan menghasilkan suatu hasil yang bermanfaat bagi kedua belah pihak, baik Unud maupun PHMI,” harapnya.

Baca juga:  Populasi Sapi di Bangli Turun 10.000 Ekor
PHMI gandeng FKH Unud bekerjasama mengembangkan serum dan vaksin penyakit babi. (BP/Istimewa)

Sementara, Putu Ria Wijatanti,SE., selaku sekretaris PHMI menyampaikan, terkait kasus kematian babi yang belakangan marak terjadi akibat ASF, PHMI berkeinginan untuk mempertahankan budidaya ternak babi di Bali. Untuk itu, PHMI berinisiatif bekerjasama dengan Unud untuk mengatasi masalah kematian ternak Babi di Bali. “Penelitian yang dilakukan bersama Unud, nantinya bisa menghasilkan obat serum atau vaksin untuk penyakit Babi. Kami berharap PHMI tetap bekerjasama dengan instansi terkait sehingga budidaya babi kedepan bisa terus berkembang,” harapnya.

Baca juga:  Disdikpora Tegaskan PLS Tanpa Perpeloncoan dan Kekerasan

Saat ini, dari hasil uji coba yang sudah dilakukan dengan menggunakan serum hasil penelitian, ada hampir 500 babi yang berhasil selamat dari total lebih dari 500 yang diujikan. “Serum dalam jumlah kecil sudah diujicobakan pada babi yang sakit atau yang kandangnya sudah kena. Dari uji serum ini, dari sebanyak 500 lebih yang diuji, sudah berhasil hampir 500 ekor,” bebernya.

PHMI gandeng FKH Unud, mengembangkan vaksin dan serum penyakit babi. (BP/Istimewa)

Sementara, Menurut ahli Virologi FKH Universitas Udayana, Prof. Dr. drh. I Gusti Ngurah Kade Mahardika, vaksin terkait penyakit Babi sudah dikembangkan atas inisiatif dan dukungan dari Deptan. Awalnya vaksin ini belum diujicoba, namun untuk sementara formulasi yang baik dan bagus adalah pemberina serum dan pemberina vaksin.

Baca juga:  Seniman Rusia Ikuti "Body Painting" di Sanfest

Tentu dalam proses ini menggunakan protokol bagaimana menyiapkan vaksin serum yang layak untuk babi. Dalam pengembangan vaksin ini, pihaknya berharap dukungan dari para peternak.

Mengingat selama ini, masih ada peternak yang belum bersedia diajak kerjasama untuk pengembangan vaksin. “Kami berharap para peternak babi ini bisa diajak bekerjasama untuk uji coba,” harapnya. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *