DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali akan mengalami keterpurukan paling dalam pada triwulan II 2020 dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Namun di tengah keterpurukan itu, koperasi dan UKM diharapkan menjadi sektor lokomotif atau penggerak ekonomi Bali.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali Wayan Mardiana mengatakan, Bali memiliki 4.000 koperasi yang masih eksis. Hal ini merupakan peluang untuk dikembangkan mengingat prinsip koperasi dari, oleh dan untuk kita. Sehingga, menurut Mardiana, tepat dikembangkan di masa pandemi.
Sementara itu, sektor riil yang lebih banyak merupakan segmen UMKM paling terkena dampak akibat Covid-19 ini. Sebesar 70-80 persen UMKM terkena dampak baik di lapangan usaha perdagangan, jasa, transportasi, akmamin. Meskipun di tengah pandemi, usaha di bidang pangan dan pertanian tetap eksis, termasuk potensi ekspor produk pertanian Bali.
Hanya diakui kendalanya adalah transportasi mengingat belum semua armada udara maupun laut beroperasi normal ke berbagai negara. ‘’Padahal, Agustus nanti kita panen raya beberapa komoditi. Tapi kita sudah siapkan pemasarannya, dan kita juga arahkan ke sistem digitalisasi dengan bekerja sama dengan marketplace,’’ ujar Mardiana saat Talkshow Merah Putih yang mengusung tema ‘’Mengembangkan Potensi Ekonomi Lokal di Masa Pandemi,” Selasa (21/7) kemarin.
Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Bali AAA Ngurah Tini Rusmini Gorda bersama anggota Iwapi lainnya meletakkan badan usaha yang paling tepat adalah koperasi di tengah pandemi Covid-19. Dalam berkegiatan ekonomi, katanya, konsep swadesi harus ada. Maka momentum Covid-19 ini diharapkan pemerintah, pengusaha, akademisi mampu menggerakkan potensi lokal yaitu koperasi, dengan prinsip pang pada payu.
Dengan bergerak melalui Koperasi Perempuan Ramah Keluarga di era baru ini, ia ingin membuat kegiatan dalam koperasi yang terdiri dari UMKM (anggota Iwapi) menggunakan prinsip pang pada payu. “Untuk mendenyutkan nadi perekonomian, anggota yang punya produksi konveksi, yang tadinya membuat pakaian sekarang membuat masker, APD, dan lain-lain, sehingga ada gerakan 1.000 untuk berbagi bagi seluruh kabupaten/kota,” ujarnya.
Tini Rusmini Gorda menambahkan, gerakan kedua adalah mengurangi apa yang dikonsumsi anggotanya sehari-hari untuk membaginya kepada masyarakat berupa produk pangan khususnya. “Meskipun belum untung, tapi dapat menggerakkan perekonomian,” ujarnya.
Akademisi dari Unud Prof. Wayan Ramantha mengatakan, konsep koperasi dengan menggerakkan UKM. Ditegaskan, UKM anggota koperasi merupakan sebuah prototipe menuju ke pola pikir Bung Karno dengan Tri Sakti-nya, di mana mandiri secara ekonomi, berkepribadian secara budaya. “Kalau budaya kita di Indonesia khususnya di Bali gotong royong, memang perlu digali dan diimplementasikan pada kondisi kekinian. Yang tadi itu adalah prototipe yang perlu ditularkan untuk membangkitkan ekonomi Bali,” ujarnya.
Menurut Ramantha, budaya gotong royong dengan istilah lokal sudah dilakukan di tataran teks sejak dulu dan dari tataran konteks perlu diimplementasikan. Menurutnya, sangat mungkin dilakukan namun dikatakan belum secara merata dilaksanakan.
Sebelum membangkitkan UMKM Bali sebagai lokomotif, kata Ramantha, maka perlu menganalisis dengan analisis strengths, weaknesses, opportunities, dan threats (SWOT). Kekuatan orang Bali adalah memiliki dasar seni, emansipasi wanita di Bali juga telah terjadi sejak dulu, sehingga pekerjaan bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Kekuatan lain yang dimiliki adalah brand Bali, sehingga akan mudah memasarkan dan memiliki pasar yang luas.
Sedangkan kelemahan orang Bali adalah entrepreneurship lemah, attitude yang mulai terdegradasi, semangat daya juang lemah, dan penguasaan teknologi informasi belum masif. Sementara peluang yang dimiliki Bali adalah akses permodalan, daya beli masyarakat yang kuat karena pertumbuhan ekonomi Bali satu persen di atas rata-rata ekonomi nasional. Sementara ancaman adalah naker dari luar daerah dan luar negeri, orang Bali memilih-milih pekerjaan. (Citta Maya/balipost)