BANGLI, BALIPOST.com – Musim panen kopi tahun ini dirasakan kurang menggembirakan bagi para petani kopi di Kintamani. Sebab dibandingkan musim panen tahun lalu, harga kopi saat ini mengalami penurunan. Menurut para petani, penurunan harga jual kopi ini terjadi akibat imbas pandemi Covid-19.
Seperti yang diungkapkan Gusti Rupa, petani kopi di Desa Catur, Kintamani. Dia menyebutkan, di pertengahan musim panen saat ini, harga jual kopi di tingkat petani berkisar Rp 6 ribu- Rp 7 ribu per kilogram. Turun Rp 2 ribu dari dua minggu lalu. Harga jual kopi di musim panen tahun ini diakuinya tidak sebagus saat musim panen tahun lalu yang tembus Rp 9 ribu-Rp 10 ribu per kilogram.
Menurut petani sekaligus pengolah kopi arabika Kintamani itu, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan sejumlah negara di dunia sejak beberapa bulan lalu, sangat berpengaruh terhadap harga kopi sekarang. Situasi pasar menjadi tidak menentu. Penjualan kopi pun tidak bisa dilakukan dengan leluasa. “Jangankan ke luar negeri, ke luar daerah pun masih ragu ngirimnya,” ungkapnya Jumat (24/7).
Terakhir kali, dirinya mengirim kopi ke Surabaya dan Jakarta. Itupun dalam jumlah tdak banyak. Sedangkan ke luar negeri, ia terakhir mengirim kopi ke Vietnam, sebelum masa pandemi Covid – 19. Ia pun sangat berharap pandemi Covid-19 bisa segera berakhir sehingga perekonomian kembali pulih.
Turunnya harga kopi di musim panen tahun ini juga diakui petani kopi lainnya di Desa Mengani I Ketut Armawan. Dia menyebut pada musim panen tahun lalu harga jual kopi mencapai Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per kilogram. Namun sekarang hanya berkisar Rp 6 ribu. “Dua minggu lalu sempat harganya Rp 7 ribu-Rp 8 ribu,” ungkapnya.
Penurunan harga kopi, menurutnya terjadi akibat pengaruh Covid-19. Meski harga turun ke Rp 6 ribu, ia mengku tidak terlalu merugi. Penjualan kata dia masih cukup lancar. Selama ini petani kopi di desanya kebanyakan menjual hasil panennya langsung ke pengepul.
Pria yang juga Perbekel di Desa Mengani itu sangat berharap pandemic segera berakhir. Sebagai petani kopi, ia juga mengharapkan Pemerintah Kabupaten Bangli segera mengoperasikan kembali Pabrik Kopi yang ada di Desa Mengani. Menurutnya dengan bukanya pabrik kopi di Mengani, harga hasil panen petani kopi di Kintamani bisa stabil. Jika pabrik buka, ada keterbukaan harga sehingga tengkulak tidak bisa memainkan harga seenaknya. “Dengan adanya pabrik, bisa menambah semangat petani menanam kopi,” imbuhnya. (Dayu Rina/Balipost)