DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Jumat (24/7), Indonesia kembali melaporkan tambahan kasus sembuh lebih banyak dibandingkan pasien baru terkonfirmasi positif COVID-19. Dilihat dari data yang dilansir Kementerian Kesehatan RI, jumlah pasien sembuh mencapai 1.781 orang.
Kumulatif kasus sembuh kini mencapai 53.945 orang. Sementara itu, dari 24.965 spesimen yang diperiksa hingga pukul 12.00 WIB, terdapat 1.761 kasus positif.
Kumulatif kasus secara nasional menjadi 95.418 orang. Ada selisih 20 kasus dibandingkan tambahan pasien sembuh.
Lima besar provinsi terbanyak sumbang kasus baru adalah Jawa Timur sebanyak 496 orang, DKI Jakarta 297 orang, Jawa Tengah 124 orang, Jawa Barat 91 orang, dan Sulawesi Selatan 90 orang.
Kasus meninggal bertambah 89 orang sehingga totalnya menjadi 4.665 orang.
Kasus aktif saat ini sebanyak 36.808 orang.
Tangani Menyeluruh
Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito, dikutip dari Kantor Berita Antara, mengatakan pandemi COVID-19 harus ditangani secara menyeluruh. Sehingga, penyelesaiannya sebagai salah satu bencana nonalam tidak memunculkan bencana lain.
“Menyelesaikan masalah COVID-19 juga harus menyelesaikan masalah yang lain. Masalah ekonomi kalau tidak ikut diselesaikan justru akan memunculkan masalah kesehatan yang berlipat,” kata Wiku, Jumat.
Karena itu, kata Wiku, pemerintah melihat pandemi COVID-19 tidak hanya permasalahan kesehatan, tetapi juga permasalahan ekonomi. Permasalahan kesehatan dan ekonomi perlu diselesaikan secara beriringan untuk mengantisipasi masalah kesehatan yang berlipat akibat permasalahan ekonomi yang lebih buruk.
“Penyelesaian masalah kesehatan tetap yang utama, tetap penting. Tetapi penyelesaian harus secara multidimensional, tidak hanya dimensi kesehatan. Pemulihan ekonomi juga akan mempercepat penyelesaian permasalahan kesehatan,” tutur Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 itu.
Wiku mengatakan penyelesaian secara multidimensional perlu dilakukan agar penggunaan anggaran negara tidak hanya berfokus pada penanganan COVID-19, tetapi mengabaikan penanganan penyakit-penyakit lainnya yang ada di Indonesia. “Kita juga harus ingat ada penyakit tuberkulosis, HIV, stunting, dan lain-lain, yang sudah ada lebih dulu daripada COVID-19, yang juga harus diselesaikan,” katanya.
Menurut Wiku, penguatan penyelesaian permasalahan-permasalahan lain harus dilakukan agar Indonesia bisa tetap bertahan dan terus maju. “Kita harus memperkuat pertahanan nasional. Selain COVID-19, juga harus memperkuat sisi yang lain,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)