AMLAPURA, BALIPOST.com – Kasus berdarah terjadi di Banjar Dinas Asak Kangin, Desa Pertima, Karangasem, Jumat (24/7), sekitar pukul 11.00 wita. Korbannya, I Ketut Siring (70), bersimbah darah akibat tusukan keris dari I Putu Sara Manuaba, warga Desa Pertima.
Sedangkan korban lainnya, I Gede Menuh (57) yang tinggal di Banjar Medahan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, mengalami luka-luka.
Pelaku, I Putu Sara Manuaba merupakan kakak kandung korban. Menurut kesaksian korban, Menuh, kalau setiap harinya ia tinggal di Sukawati, Gianyar.
Dirinya pulang bersama sang istri, Wayan Sri untuk menghadiri upacara agama. “Saat itu saya sedang menunggu istri yang sedang makan,” ucapnya.
Korban sama sekali tidak mengetahui kalau kakak pertamanya tiba-tiba sudah berada dibelakangnya dan langsung memukul dirinya memakai kayu. “Saya langsung diselamatkan istri menuju ke rumah tetangga,” katanya.
Sementara, korban I Ketut Siring dan pelaku masih di TKP berlanjut terjadi perkelahian dan penusukan dengan menggunakan sebilah keris kecil yang dibawa pelaku secara membabi buta, sehingga membuat Siring akhirnya meninggal dunia akibat luka tusuk yang dialami.
Kapolsek Karangasem, Kompol Ketut Suartika membenarkan, Siring ditusuk sebilah keris milik pelaku Sara Manuaba di bagian dada sebelah kiri. Kata dia, korban meninggal saat menuju ke RSUD Karangasem karena luka serius yang dialami. “Keris yang dibawa memang akan dipakai untuk menganiaya saudaranya. Saat diamankan petugas, keris yang dipakai untuk menusuk korban masih dilepitkan di celana,” jelas Suartika.
Suartika menambahkan, akibat penganiayaan itu, korban mengalami tiga tusukan di bagian dada atas, di atas puting susu kanan, telapak tangan kiri, rahang atas bawah patah, Luka lecet pada dada kiri, luka lecet pada dada tengah, luka gores pada bibir atas, luka lecet pada pelipis kanan.
“Korban sempat melakukan perlawanan. Saat melakukan perlawan itulah pelaku menusuk korban. Pemicu pelaku menganiaya saudaranya, karena perasaan pelaku sering diolok-olok oleh adiknya,” tandasnya. (Eka Prananda/balipost)