DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 membuat aktivitas perekonomian tersendat, bahkan mati suri. Namun, hal ini tidak berlaku pada sejumlah mahasiswa yang merintis e-commerce.
Kesukseskan para mahasiwa ini pun dituangkan Dosen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara, Sephy Lavianto lewat buku berjudul ‘Millenial Wajib Kaya, Omset Ratusan Juta Saat Krisis’. Sephy menuturkan beberapa bulan lalu sebelum pandemi, dirinya mulai mengampu mata kuliah e-commerce untuk mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Akuntansi.
Saat mengampu mata kuliah tersebut, Sephy menantang mahasiswanya untuk membuat kelompok semacam perusahaan yang bisa menghasilkan omzet yang besar. Di dalam kelompok tersebut, setiap mahasiswa memiliki jabatan layaknya di perusahaan, mulai dari Direktur Utama, Direktur Pemasaran dan sebagainya.
Di kelas mata kuliah e-commerce tersebut akhirnya terbentuk sebanyak empat tim, terdiri dari Elites Bali, Segara Brand, Madeera dan The Ace. Tak disangka, para mahasiswa tersebut ternyata bisa menghasilkan omset penjualan yang tinggi.
Segara Brand misalnya yang berhasil meraih omset sebanyak Rp 91.525.000 terhitung dari Februari hingga Mei 2020. Kemudian Elites Store berhasil meraih omset sebesar Rp 27.251.000, Madeera Store Rp 50.169.600 dan The Ace Rp 28.943.000 dalam kurun waktu yang sama.
Sephy menuturkan, para mahasiswa tersebut sebenarnya mengawali usaha dari fashion, seperti baju dan kebaya. Lalu ada satu tim yang sudah membuat akun di marketplace.
Mereka lalu melakukan optimasi di berbagai media sosial supaya lebih serius untuk menunjang penjualan. “Mereka mencapai booming-nya itu pada saat panic pandemic. Panic pandemic itu barang-barang (yang dibutuhkan) kayak hand sanitizer (dan) masker. Pokoknya saat itu sedang jarang di pasaran,” tutur Sephy, Jumat (24/7).
Ia mengatakan akhirnya para mahasiswa itu menjual multiproduk. “Awalnya mereka fokus di fashion, terus tiba-tiba pada saat terjadi momentum produk-produk yang dibutuhkan untuk korona ini, mereka mengambil kesempatan di situ,” katanya.
Sephy mengatakan, guna memulai usahanya itu para mahasiswa memiliki modal yang cukup kecil, yakni rata-rata mulai di angka Rp 1 juta. Modal tersebut dikumpulkan secara patungan. Dari hasil kerja kerasnya, para mahasiswa langsung bisa balik modal pada bulan pertama.
Ketua STMIK Primakara, I Made Artana menilai, buku ‘Millenial Wajib Kaya’ mempunyai bahasan yang ringan, namun sangat berguna dalam situasi pandemi COVID-19. Baginya, kisah mahasiswa yang berhasil meraih omzet yang awalnya dari sebuah tugas mata kuliah di kampus ini sangat menarik diceritakan.
“Karena tugas mereka ini sebenarnya mereka lakukan secara daring, jadi mereka satu sama lain menimbulkan kesulitan tersendiri ketika diberikan tugas kelompok untuk jualan,” tuturnya.
Menurut Artana, hal ini di menjadi inspirasi bagi masyarakat di tengah pandemi untuk terus bisa memutar roda perekonomian secara bersama-sama. Oleh karena itu, pihaknya mengaku sangat mendukung ketika dosen pengampu mahasiswa tersebut bakal menuliskan kisah mahasiswa dalam sebuah buku. (kmb/balipost)