SEMARAPURA, BALIPOST.com – Setelah launching oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta beberapa hari lalu, sentra produksi garam beryodium dengan brand “Uyah Kusamba” mendapat perhatian dari Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Nilanto Perbowo, beberapa hari lalu. Dia mengapresiasi upaya pemerintah daerah menjadikan garam tradisional ini agar terus berkembang dan berimbas terhadap keberlangsungan petani garam setempat.
Sekda Winastra, Minggu (26/7) mengatakan, Dirjen PDSPKP Nilanto Perbowo mengapresiasi langkah Bupati Suwirta. Sebab, telah mampu menyulap garam tradisional menjadi garam beryodium yang memiliki izin edar resmi hingga label SNI.
Sehingga bisa masuk dan bersaing di pasar tradisional maupun pasar modern. Guna menyempurnakan tujuan besar pengembangan garam setempat, Nilanto Perbowo bahkan menyarankan pengelolanya dari Koperasi Mina Segara Dana maupun petani garam tradisional untuk belajar ke daerah lain. Seperti daerah Cirebon.
Sehingga, upaya menghasilkan kualitas garam semakin baik dan konsisten setiap saat, bisa menghasilkan garam sepanjang tahun. Artinya, meski pengerjaannya secara tradisional, tetapi tidak bergantung pada musim panas saja. “Kami tentu harus mendukung upaya ini. Agar keberlangsungan petani garam dan hasil produksinya dapat terus berkembang. Kolaborasikan dengan daerah lain yang sudah melaksanakannya juga, seperti di Ceribon. Sehingga bisa saling menyempurnakan,” tegas Nilanto Perbowo saat itu didampingi Sekda Klungkung, I Gede Putu Winastra.
Selain mengunjungi tempat produksi garam beryodium, Dirjen PDSPKP juga mengunjungi Tempat Pemindangan Ikan (TPI) Kusamba. Kebetulan lokasinya tidak jauh. Dirjen PDSPKP Nilanto Perbowo mengatakan tempat pemindangan ikan ini dinilai sangat bagus dan menyatu disatu tempat. Sehingga banyak manfaat yang bisa diperoleh. Salah satunya mempermudah pengendalian limbah dari TPI tersebut.
Sambil melihat proses pemindangan ikan, Dirjen PDSPKP Nilanto Perbowo berharap ke depan para pemindang bisa beralih dari menggunakan kayu bakar menjadi ke gas. Ini bisa mewujudkan efisiensi biaya dan dampak.
Apalagi, pemerintah juga sedang gencar melakukan penyelamatan hutan. Dengan demikian, akan menekan penggunaan kayu bakar. “Kasian kayunya, supaya hutannya tidak gundul, masyarakat selamat dan produksi tetap jalan, tinggalkan kayu dan gunakan gas,” pesan Nilanto Perbowo. (Bagiarta/balipost)