MELBOURNE, BALIPOST.com – Australia pada Senin (27/7) melaporkan jumlah kasus COVID-19 harian tertinggi sejak pandemi tersebut melanda. Dengan tingginya jumlah kasus, pejabat Melbourne, kota yang kini sedang menjalani karantina wilayah, mengharapkan ini merupakan puncak dari pandemi.
Sebanyak 549 kasus baru dilaporkan pada Senin, sehari setelah Australia melaporkan jumlah kasus kematian tertingginya. Hampir sebagian besar kasus baru berasal dari negara bagian Victoria, tempat munculnya wabah baru pada dua bulan terakhir.
Pejabat pemerintah setempat mengakui bahwa gelombang kedua yang dialami Melbourne ternyata memakan waktu lebih lama ditangani. Namun, pejabat kesehatan di sana optimis bahwa karantina wilayah terhadap 5 juta orang, yang sudah memasuki minggu ketiga ini, cukup efektif.
Pimpinan Departemen Kesehatan, Brett Sutton, mengatakan bahwa dari permodelan, hari ini merupakan puncak dari wabah meskipun jumlah kasus baru berfluktuasi dan rekor kasus harian belum bisa ditentukan.
Jumlah kasus harian pada puncak wabah di bulan Maret telah terlampaui dengan 459 kasus yang dicatatkan, bahkan jumlah kasus harian ini sudah terjadi 3 kali dalam seminggu ini, menurut catatan dari AFP.
Sutton mengindikasikan bahwa peningkatan kasus di hari-hari selanjutnya disebabkan wabah yang terjadi di sejumlah panti jompo yang kini memang sedang diawasi.
Australia merupakan salah satu negara yang sukses menekan penyebaran COVID-19 dengan hanya mencatatkan 15 ribu kasus, jauh lebih sedikit dari jumlah kasus harian di negara-negara yang terparah terdampak pandemi ini.
Namun, gelombang kedua dari wabah ini ternyata terbukti masih mematikan. Kumulatif kasus kematian meningkat menjadi 161 orang pada Senin. “Wabah ini sangat lincah,” kata Sutton menyoroti adanya sejumlah klaster yang ganas. ”
“The outbreaks are really volatile,” Sutton said pointing to some virulent clusters. “Di fasilitas perawatan lanjut usia, jumlahnya dapat meningkat sangat signifikan dalam periode waktu yang sangat singkat.”
Pejabat di seluruh Australia mengawasi situasi di Victoria dengan gugup. Seperti negara bagian New South Wales yang merupakan tetangga Victoria, memonitor sejumlah klaster yang timbul karena adanya pelaku perjalanan dari Melbourne ke Sydney pada awal bulan ini. “Kita hanya perlu melihat apa yang terjadi di Victoria untuk sadar bahwa hal itu bisa terjadi pada kita dalam beberapa minggu ke depan,” kata Pemimpin Negara Bagian New South Wales, Gladys Berejiklian. (Diah Dewi/balipost)