DENPASAR, BALIPOST.com – Bali akan dibuka untuk wisatawan nusantara (Wisnu) pada 31 Juli. Sehari sebelum dibuka, Kamis (30/7) digelar acara deklarasi.
Dua menteri sudah dipastikan menghadiri acara Deklarasi Program Kepariwisataan Dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis QRIS di ITDC, Nusa Dua itu. Yakni, Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio.
“Pak Luhut hadir, kemudian Menteri Pariwisata, itu yang sudah pasti,” ujar Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ditemui di Gedung Pramuka Kwarda Bali, Rabu (29/7) sore.
Pria yang akrab disapa Cok Ace ini melihat potensi wisatawan domestik cukup besar. Pasar wisatawan domestik bahkan hampir sama dengan wisatawan mancanegara.
Bila dibandingkan destinasi lain di Indonesia termasuk 10 Bali baru, Bali terbilang sangat siap menerima wisatawan. Pasca dibuka untuk wisatawan domestik, pihaknya berharap jajaran pemerintah pusat yang masih memiliki anggaran dapat melaksanakan kegiatan atau perjalanan dinas luar daerah ke Bali.
Pasalnya, Bali sangat membutuhkan karena sangat tergantung dengan pariwisata. Sekalipun ada syarat minimal membawa hasil rapid test non reaktif, Ketua PHRI Bali ini meyakini tidak akan menjadi kendala bagi kedatangan wisatawan.
Sebab, negara lain justru memberlakukan syarat yang lebih ketat. Seperti Australia yang mengharuskan karantina.
Selain itu, tujuan dari surat keterangan bebas COVID-19 juga untuk melindungi wisatawan itu sendiri. “Kalau orang domestik sudah membuktikan, memberikan kepercayaan kepada dunia internasional bahwa Bali ini aman, saya kira dunia pun akan melihat seperti itu,” jelasnya.
Menurut Cok Ace, Bali pun sebenarnya sudah siap menerima kunjungan wisatawan mancanegara. Tapi ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan di internal.
Jika melihat tren kasus COVID-19 dan angka kesembuhan, Bali sebetulnya sudah memasuki ke fase 3. Hal ini melihat dalam 10 hari terakhir, hanya dua hari saja Bali mencatatkan kasus positif lebih banyak dari angka kesembuhan.
Sisanya, angka kesembuhan sudah selalu mendominasi. Di sisi lain, Bali masih memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan negara-negara penyumbang wisatawan.
Lantaran negara-negara itu juga memiliki ebijakan tersendiri. “Australia dengan kontribusi wisatawan terbanyak, saya dengar 2021 akhir baru akan membuka. China pun demikian. Jadi ini yang harus kita cermati,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Cok Ace, dari sisi penerbangan juga dibatasi dengan mengurangi kapasitas tempat duduk pesawat. Pihak maskapai tentu akan mengkalkulasi berapa orang yang ke Bali untuk mencapai BEP (break even point).
Pihaknya sudah mengajukan kepada pemerintah pusat bahwa perlu ada insentif untuk maskapai penerbangan sehingga mereka tertarik membawa wisatawan ke Bali. (Rindra Devita/balipost)