Gerakan Pramuka Bali menggelar Rakerda. (BP/rin)

DENPASAR, BALIPOST.com – Gerakan Pramuka kerap dipandang jadul alias kurang gaul dan trendi serta tidak modern. Jika 20 atau 30 tahun lalu ada kebanggaan bisa menjadi anggota Pramuka. Maka sekarang, generasi muda justru cenderung enggan untuk bergabung.

Padahal, Gerakan Pramuka sangat positif membentuk generasi muda agar kreatif, jujur, bertanggung jawab dan cinta lingkungan. Pramuka bahkan memiliki peran untuk menangkal bahaya narkoba hingga mencegah adanya ujaran kebencian dan hoax.

“Sebenarnya kalau kita cermati sekali makna Pramuka, Praja Muda Karana, artinya jiwa muda yang selalu ingin berkarya,” ujar Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati selaku Ketua Harian Majelis Pembimbing Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Bali saat membuka Rakerda Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Bali Tahun 2020 di Gedung Pramuka, Rabu (29/7).

Baca juga:  Seluruh SMP di Bangli Siap Gelar UNBK

Menurut pria yang akrab disapa Cok Ace ini, makna Pramuka sebetulnya sudah sangat tepat dalam konteks kekinian. Apalagi, pemerintah pusat lewat kementrian terkait kini sedang giat menggali inovasi dan kreativitas anak bangsa.

Tapi kemungkinan ada sesuatu yang belum nyambung sehingga mesti dikaji kembali. Mengingat, Pramuka memiliki kelebihan sebagai suatu gerakan yang dilindungi Undang-undang dan mendapat penganggaran dari pemerintah.

“Tujuan Pramuka juga jelas. Orangtua pasti senang kalau anak-anaknya bergabung di Pramuka. Mungkin metodologinya, ada hal-hal yang belum nyambung, apakah dianggap terlalu formal,” jelasnya.

Dalam tatanan kehidupan era baru, lanjut Cok Ace, Pramuka juga dituntut menjadi lebih kreatif. Jangan sampai karena keadaan yang mengharuskan mengikuti protokol kesehatan dan jaga jarak, justru membuat anggota Pramuka juga “berjarak”.

Rasa gotong royong, persaudaraan dan kebersamaan pada anggota Pramuka harus terus dipupuk dan jangan sampai hilang. Senada dengan Wagub Cok Ace, Andalan Nasional Komisi Pengabdian Masyarakat, Putu Ngurah Sonny Sanjaya mengatakan, memang ada sebuah pandangan bahwa gerakan Pramuka itu jadul.

Baca juga:  Pengamanan WWF, Ribuan CCTV Terkoneksi dengan Command Center

Namun, pihaknya berusaha menjawab tantangan tersebut dengan lebih menggali pendekatan mengenai keinginan generasi muda sekarang. Bisa jadi, masyarakat umum juga tidak melihat bahwa Pramuka sebetulnya sudah beradaptasi dengan teknologi dan lainnya.

“Metode pendidikan tetap sama, hanya saja kemasan-kemasan kegiatan lebih disesuaikan dengan keinginan dari anak-anak kita,” ujarnya.

Sonny mencontohkan, ada Jambore On The Air-Jambore On The Internet untuk mengaplikasikan kegiatan yang berbau teknologi. Kemudian dari sisi tugas Pramuka, adalah untuk mengantar kaum muda menuju kepada fitrahnya sebagai generasi penerus.

Oleh karena itu, sudah ada Satuan Karya sebagai tempat untuk mewujudkan life skill dan job creation anggota Pramuka. “Mereka di sana bisa belajar, bisa berusaha, bisa mencoba apapun yang mereka inginkan. Jadi itu yang saat ini kita sedang lakukan perubahan dan update fungsi, peran, tugas Satuan Karya kita,” jelasnya.

Baca juga:  Gempa Turki, WNI Asal Bali dan Anaknya Meninggal Tertimbun Reruntuhan

Sonny menambahkan, adaptasi teknologi memang penting. Tapi yang lebih penting adalah membekali anggota Pramuka agar mampu berjuang dalam kehidupan nyata sebagai individu maupun warga negara/kelompok masyarakat. Itu sebabnya, generasi muda usia 16-25 tahun diarahkan untuk bergabung di Satuan Karya Pramuka.

Terkait adanya pandemi COVID-19, gerakan Pramuka juga turut berkontribusi dengan membentuk Satuan Tugas. Seluruh Kwarcab sudah bergerak membagikan hand sanitizer, masker, hingga membantu sembako dan uang bagi masyarakat yang terdampak langsung COVID-19. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *